Jumat, 21 Maret 2014

Media Perusak Sejarah dan Generasi Muda Bangsa Indonesia

1. Demokrasi Semu & Media Informasi ataukah Media Konspirasi?
2. Di bagian pertama kita sdh bahas sedikit bagaimana KG dan sekelompok orang di Indonesia berusaha menghancurkan nilai2 agama di indonesia
3. Instrumen utama mereka adalah media massa (TV, koran, majalah, media OL dll). Media massa Indonesia 80% memang dimiliki non muslim
4. Kita bukan mau dikotomikan muslim dan non muslim di RI, tapi sekedar memetakan bhw umat islam RI tdk pny media massa yg resprentatif
5. Respresentatif dalam punya pengaruh yg kuat dalam menyiarkan dan mempertahankan nilai2 agama dalam siaran2/ tayangan/berita medianya
6. Kekuatan utama utk menguasai dunia saat ini bukan lagi senjata nuklir, tetapi informasi. Siapa yg kuasai informasi, dia kuasai dunia
7. Informasi adalah faktor utama pembentuk opini. Faktor lain : pengetahuan, pengalaman dan persepsi awal dst..hanya dimiliki org2 tertentu
8. Masyarakat kita cenderung tidak kritis terhadap informasi yg disampaikan media. Seolah2 apa yg disiarkan media, itu pasti benar
9. Pdhl sebaliknya, apa yg disampaikan media mainstream itu harus diasumsikan tidak benar kecuali bersumber dari instansi resmi pemerintah
10. Sgt mudah bagi sebuah media ( TV dll) yg siarkan suatu berita yg sebenarnya keliru, lalu menguatkan berita tsb dgn narasumber tertentu
11. Modus2 penyiaran informasi sesat atau palsu seperti ini kadang kala bisa mencapai 60-70% dari total siaran atau pemuatan berita media
12. Siapa kontrol media2 massa kita ? KPI. Sanggupkah? Tidak. Kenapa? Sumber daya dan kewenangan terbatas. Apa akibatnya? Rakyat diperdaya
13. Media massa mainstream sangat besar perananya dalam membentuk opini, menggiring pendapat, pandangan dan sikap rakyat thdp suatu isu
14. Media massa mainstream itu sangat mudah dipesan utk membentuk opini tertentu terkait suatu isu. Syaratnya? Bayar dgn harga yg cocok
15. Media massa sebagai instrumen pembentuk opini akhirnya menjadi faktor penentu dalam kehidupan demokrasi. Dalam pemilu, pilkada, pilpres
16. Akibatnya, siapa yg punya uang banyak dan mau bayar media massa mainstream, apalagi borong semua media, dijamin pasti menang
17. Tentu tidak sesederhana itu saja. Diperlukan juga strategi pencitraan, positioning, penggorengan isu, dst..semua itu butuh media
18. Mau menang pilkada, pemilu, pilpres ? Siapkan uang banyak utk bayar media dan konsultan politik yg tepat. Ga pnya uang? Cari funding
19. Mau hancurkan tokoh politik ? Sama saja. Siapkan uang besar utk bayar media, siapkan isu, goreng, giring opini. Tamat deh tokoh itu !
20. Untuk menghancurkan citra amin rais dibutuhkan 1-2 thn yg dibiayai CIA sebesar USD 30-40 juta. Tamatlah karier Bapak Reformasi itu
21. Mau hancurkan Antasari Azhar ? Cukup biaya 100 milyar dgn berbagai operasi termasuk sisipan berita selingkuh ariel peter pan – nya
22. Mau hancurkan Anas Urbaningrum ? Habiskan biaya USD 60 juta & waktu 2 thn dgn segala tuduhan korupsi yg pernah dimuat banyak media itu
23. Mau naikan Jokowi ? Konglomerat Edward S habiskan biaya 20-30 M sebelum pilkada, konglomerat buronan BLBI tambahkan USD 25 juta lagi
24. Dana itu belum termasuk bantuan Djan Faridz dan Prabowo yg masing2 100 milyar dan bantuan konglo2 cina dan komunitas cina RI utk Jokowi
25. Esensinya adalah, sistem demokrasi langsung dianut Indonesia saat ini membutuhkan biaya yg sgt mahal utk para kandidat pemimpin rakyat
26. Para kandidat pemimpin ini (caleg, cagub, cabup/cawalkot, capres dst) membutuhkan biaya yg sangat besar utk membayar media massa
27. Di satu sisi, media massa itu sudah jadi industri yg berkembang sangat pesat di indonesia. Omsetnya puluhan – ratusan triliun per tahun
28. Dgn fakta seperti itu, pembentukan opini melalui media massa mainstream (TV, Koran, Majalah,Media OL dll) butuh biaya sangat mahal/besar
29. Siapa yang mampu membayar media2 massa kita ? Tentu para konglomerat atau kekuatan asing yg punya maksud dan tujuan atas opini tertentu
30. Selain itu tentu saja pemerintah mampu utk membentuk opini tertentu melalui media massa. Namun, itu jarang dilakukan. Ga ada anggaran?
31. Lihat saja misalkan ttg iklan layanan masyarakat ttg KB, pemilu, wajib belajar, dll semakin lama kian hilang dari tayangan TV, koran dll
32. Siapa lagi yang sanggup bentuk opini melalui media mainstream ? Ya pemilik media itu sendiri. Tentu pengaruhnya tdk sebesar konglo / KG
33. Pemilik media hanya bisa bentuk opini via media miliknya sendiri. Kalau pakai media org lain, dia harus bayar hehehe
34. Jadi, jika ada tokoh yg hampir semua media memberitakannya dgn baik atau luar biasa secara rutin, bayangkan saja berapa ratus M biayanya
35. Berapa ratus milyar biaya yang dikeluarkan / dihabiskan utk bentuk opini yang “bagus” utk Jokowi misalnya..siapa yg bayar? Kenapa mau?
36. Nah, rakyat harus dicerdaskan. Dibangkitkan kesadaran dan sikap kritisnya terhadap upaya penggiringan opini yg sangat berbahaya ini
37. Opini berbahaya via media mainstream dan socmed saat ini dapat kita bedakan dalam 2 kategori : tentang tokoh tertentu dan ttg nilai2
38. Kedua hal tersebut bisa saja terpisah tapi bisa saja berhubungan erat. Bgmn hubungannya ? Nanti kita bahas dalam sesi selanjutnya
39. Yg terpenting adalah kesadaran dalam diri kita bahwa setiap informasi yang kita terima, baca, lihat, dengar dst…hrs dikritisi. Difilter
40. Filternya adalah akal pikiran& hati nurani kita. Tanyakan pada diri sendiri : benarkah? Normalkah? Wajarkah? Sesatkah? Rekayasakah? Dst
41. Jangan langsung terima informasi itu suatu kebenaran. Itu sikap sembrono dan sangat berbahaya. Cermat dan waspadalah.
42. Contoh terakhir adalah ttg berita FPI lamongan. Cek baik2 berita itu. Sdh benarkah ? Atau ada pelintiran berita utk buat opini sesat ?

0 comments:

Posting Komentar