Jumat, 27 Juni 2014

Ternyata Indonesia Punya 8 Presiden Bukan

Ternyata Indonesia Punya 8 Presiden Bukan 6
:
Urutan Presiden RI adalah sebagai berikut: Soekarno (diselingi oleh Sjafruddin Prawiranegara dan Assaat), Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono.
MUNGKIN masih banyak dari sobat-sobat yang beranggapan bahwa Indonesia hingga saat ini baru dipimpin oleh enam presiden, yaitu Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan kini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Namun hal itu ternyata keliru. Indonesia, menurut catatan sejarah, hingga saat ini sebenarnya sudah dipimpin oleh delapan presiden. Lho, kok bisa? Lalu siapa dua orang lagi yang pernah memimpin Indonesia?

Dua tokoh yang terlewat itu adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat. Keduanya tidak disebut, bisa karena alpa, tetapi mungkin juga disengaja. Sjafruddin Prawiranegara adalah Pemimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) ketika Presiden Soekarno dan Moh. Hatta ditangkap Belanda pada awal agresi militer kedua, sedangkan Mr. Assaat adalah Presiden RI saat republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (1949).

Pada tanggal 19 Desember 1948, saat Belanda melakukan agresi militer II dengan menyerang dan menguasai ibu kota RI saat itu di Yogyakarta, mereka berhasil menangkap dan menahan Presiden Soekarno, Moh. Hatta, serta para pemimpin Indonesia lainnya untuk kemudian diasingkan ke Pulau Bangka. Kabar penangkapan terhadap Soekarno dan para pemimpin Indonesia itu terdengar oleh Sjafrudin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran dan sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Mr. Sjafruddin Prawiranegara
Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Sjafrudin mengusulkan dibentuknya pemerintahan darurat untuk meneruskan pemerintah RI. Padahal, saat itu Soekarno – Hatta mengirimkan telegram berbunyi, “Kami, Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam 6 pagi Belanda telah mulai serangannja atas Ibu Kota Jogjakarta. Djika dalam keadaan pemerintah tidak dapat mendjalankan kewajibannja lagi, kami menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra”.

Namun saat itu telegram tersebut tidak sampai ke Bukittinggi. Meski demikian, ternyata pada saat bersamaan Sjafruddin Prawiranegara telah mengambil inisiatif yang senada. Dalam rapat di sebuah rumah dekat Ngarai Sianok Bukittinggi, 19 Desember 1948, ia mengusulkan pembentukan suatu pemerintah darurat (emergency government). Gubernur Sumatra Mr. T.M. Hasan menyetujui usul itu “demi menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang berada dalam bahaya, artinya kekosongan kepala pemerintahan, yang menjadi syarat internasional untuk diakui sebagai negara”.
Pada 22 Desember 1948, di Halaban, sekitar 15 km dari Payakumbuh, PDRI “diproklamasikan” . Sjafruddin duduk sebagai ketua/presiden merangkap Menteri Pertahanan, Penerangan, dan Luar Negeri, ad. interim. Kabinatenya dibantu Mr. T.M. Hasan, Mr. S.M. Rasjid, Mr. Lukman Hakim, Ir. Mananti Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Adapun Jenderal Sudirman tetap sebagai Panglima Besar Angkatan Perang.

Sjafruddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden Soekarno pada tanggal 13 Juli 1949 di Yogyakarta. Dengan demikian, berakhirlah riwayat PDRI yang selama kurang lebih delapan bulan melanjutkan eksistensi Republik Indonesia.

Mr. Assaat
Dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMgaul yang ditandatangani di Belanda, 27 Desember 1949 diputuskan bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari 16 negara bagian, salah satunya adalah Republik Indonesia. Negara bagian lainnya seperti Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur, dan lain-lain.
Karena Soekarno dan Moh. Hatta telah ditetapkan menjadi Presiden dan Perdana Menteri RIS, maka berarti terjadi kekosongan pimpinan pada Republik Indonesia.

Assaat adalah Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Peran Assaat sangat penting. Kalau tidak ada RI saat itu, berarti ada kekosongan dalam sejarah Indonesia bahwa RI pernah menghilang dan kemudian muncul lagi. Namun, dengan mengakui keberadaan RI dalam RIS yang hanya beberapa bulan, tampak bahwa sejarah Republik Indonesia sejak tahun 1945 tidak pernah terputus sampai kini. Kita ketahui bahwa kemudian RIS melebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 15 Agustus 1950. Itu berarti, Assaat pernah memangku jabatan Presiden RI sekitar sembilan bulan.
Nah sobat Percil, dengan demikian, SBY adalah presiden RI yang ke-8

Jumat, 06 Juni 2014

Hal yang Dibenci Bung Karno Terhadap Pemuda Tahun 60 an

Hal yang Dibenci Bung Karno Terhadap Pemuda Tahun 60 an


Proklamator sekaligus Presiden pertama kita, Ir. Soekarno merupakan sosok kharismatik yang berpembawaan teguh. Dan ia juga sangat mengerti dunia anak muda.


Gaya anak gaul di Indonesia berubah-ubah. Masa kini adalah gaya anak gaul yang terkenal dengan sebutan “alay”. Nah, pada era Bung Karno berkuasa yaitu tahun 1960an, adalah era anak gaul flowers generations. Presiden Soekarno membenci anak gaul kala itu. Dan itu bukannya tanpa alasan.

Saat masa Demokrasi Terpimpin, Soekarno menentang semua hal-hal yang berbau Barat, sebab barat dianggap imperialias dan kolonialis. Karenanya Bung Karno tak menyukai gaya anak muda yang kebarat-baratam. Soekarno ingin pemuda Indonesia berkarakter kuat dan mempunyai jiwa revolusioner yang tinggi. “Beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air, dan aku akan mengguncang dunia,” katanya waktu itu.

Berikut ini hal-hal yang tak disukai Soekarno dari para anak gaul tahun 1960an.

1. Musik ngak ngik ngok

Tahun 1960an demam The Beatles mewabah di seluruh dunia. Indonesia juga tak luput. Tapi buat Soekarno, The Beatles dianggap hanya meninabobokan pemuda Indonesia lewat syair-syair lagunya yang dianggap hanya berisi cinta dan gaya hidup hippies. “Musik ngak ngik ngok”, katanya.

Maka ia bertindak keras. Jika ada artis ketahuan memainkan musik ngak ngik ngok akan diminta turun panggung.
Piringan hitam lagu-lagu Barat sulit masuk Indonesia. Saat itu orang-orang komunis juga ikut membakar piringan hitam The Beatles. Ketahuan memainkan lagu Beatles, diancam dengan pasal subversif. Maka banyak pemain band lokal yang sempat ditahan. Koes bersaudara salah satunya. Yang menjadi latar belakang ini adalah hal politis, saat itu Indonesia sedang berseteru dengan Inggris yang membentuk negara federasi Malaysia. Tentu saja Soekarno benci pada The Beatles yang berasal dari Liverpol, Inggris.

2. Celana ketat

Masih berhubungan dengan The Beatles. Kala itu bukan hanya lagu The Beatles yang mewabah ke seluruh dunia tapi cara mereka berpenampilan termasuk celana ketat dan sepatu hak tinggi. Presiden Soekarno tidak suka hal-hal yang kebaratan begitu. Baginya di Indonesia tidak ada tempat untuk hal berbau barat. Maka ia memerintahkan polisi untuk merazia anak muda (gaul) yang mengenakan celana ketat. Caranya mudah saja. para polisi membawa botol kecap, jika ternyata botol itu tidak bisa masuk ke dalam celana, maka celana dianggap celana ketat dan celana tersebut digunting sampai paha tanpa ampun. Masyarakat yang melihat akan tertawa-tawa melihat pemandangan lucu itu.



3. Rok mini


Walau dikenal menyukaiwanita cantik, tapi Bung Karno tidak suka wanita yang mengenakan rok mini di tempat umum. Sejak dulu Soekarno lebih menyukai wanita yang berpakaian sopan untuk pasangannya. Hal ini pernah diakuinya pada Fatmawati saat akan menikah. “Kukatakan padanya, aku menyukai perempuan dengan keasliannya, bukan wanita yang pakai rok pendek, baju ketat dan gincu bibir yang menyilaukan,” kata Soekarno.

Tapi walau tidak suka rok mini, Soekarno tidak pernah memerintahkan polisi menggunting rok wanita seperti jika seorang remaja pria mengenakan celana pendek.

4. Film Amerika

Dia pernah menonton film berjudul Broken Arrows. Film itu menceritakan kisah percintaan antara perwira kavaleri Amerika dengan seorang gadis Indian. Akhir film ini tragis. Maka saat bertemu Eric Johnson, pemimpin perusahaan United Artist yang membuat Film itu, Soekarno mempertanyakan kisah tragis dalam film Broken Arrows.

“Kenapa gadis Indian itu harus mati di akhir cerita? Kenapa mereka tidak dijadikan sepasang merpati yang berbahagia? Apakah anda tidak mengira bahwa kami tersinggung oleh kelicikan di layar putih yang terlalu jelas itu. Perbedaan warna kulit yang anda anut membangkitkan perasaan jijik orang Asia! Sampai-sampai anda memperlihatkan kerendahan dari bangsa kulit berwarna,” kecamnya.
Jawaban Johnson menyakiti hati Soekarno.

“Bisnis film adalah bisnis untuk mencari uang. Orang-orang yang berasal dari bagian Selatan akan memboikot film ini bila orang kulit putih dan gadis kulit coklat akhirnya hidup bahagia,” kata Johnson.
Maka Soekarno tahu bahkan dalam film pun ada propaganda Amerika Serikat soal perbedaan ras. Oleh karena itu ia melarang anak-anak muda Indonesia menonton film barat karena dianggap dapat merusak moral

5. Rambut berponi

Presiden Soekarno ingin penampilan pemuda Indonesia harus mencerminkan adat ketimuran. Dia kesal melihat anak-anak muda yang bergaya rambul ala The Beatles. Jika melihat pemuda mengikuti potongan rambut ala The Beatles, maka Soekarno memerintahkan untuk digunting di tempat umum. Lagi-lagi polisi yang kebagian melakukan razia. Sialnya, polisi akan menggunting rambut para pemuda asal-asalan. Jika ada pemuda yang kena razia, maka masyarakat akan ramai-ramai bersorak dan menertawakan sang korban.

Jumat, 30 Mei 2014

Di Balik Air Mineral "AQUA"

Konspirasi Aqua


AQUA adalah produk DANONE yang merupakan salah satu perusahaan yang paling setia kepada israel sehingga di anugerahi JUBILEE AWARD (Jubilee Award adalah penghargaan tertinggi yang diberikan oleh zionis israel kepada kelompok/ perorangan/ pengusaha/ perusahaan yang dalam kurun waktu yang lama telah membantu dan mendonasikan profit usahanya kepada zionis israel.) pada tahun 1998.Dan ini merupakan salah satu produk dari agenda kelompok ELIT HITAM dunia yang ingin mengurangi 93% populasi penduduk dunia secara jangka panjang dengan memasukkan senyawa FLOURIDE ke dalam air minum di seluruh dunia.

Flouride yang selama ini kita kenal di dalam pasta gigi ternyata adalah senyawa racun yang dalam penggunaanya dapat menyebabkan kanker tulang,masalah persendian,penurunan kadar estrogen dan testosteron dan yg mengejutkan adalah perusakan gigi yaitu menguning dan terkorosi nya enamel gigi.

Sekarang, pergilah ke toko atau super market yang ada. Carilah racun tikus. Dan lihatlah, apa bahan utama pembuat racun tikus? Yakni Sodium Fluoride. Ini adalah zat kimia ionik yang paling beracun setelah Potasium Dikromat. Saat ini, perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dalam bisnis air minum dalam kemasan diketahui telah memasukkan fluoride ke dalam produk air minum dalam kemasan mereka. Hal ini dilakukan tanpa membubuhkan keterangan sedikit pun dalam label kemasannya.

Dunia medis juga telah mengetahui jika fluoride juga digunakan sebagai obat anti depresan, yang menghilangkan agresifitas dan motivasi manusia, termasuk menurunkan hasrat untuk berkembang-biak. “Fluoride memang tidak memiliki faktor yang menguntungkan secara biologis, ” tegas Dr. Rima Laibaow dari Natural Solutions Foundation

Dan taukah anda minuman kemasan yang selama ini kita minum mengandung flouride bahkan dalam website aqua menjelaskan: Kesehatan tubuh tergantung pada berbagai aspek, salah satu aspek penting adalah pemenuhan mikronutrisi, yaitu vitamin dan mineral. Kecukupan vitamin telah menjadi hal yang diperhatikan, kini berbagai vitamin ditemukan dalam bentuk instan (pil dan tablet). Sedangkan mineral, hingga kini belum lengkap dibuat dalam bentuk instan. Hanya mineral utama, seperti; kalsium atau zat besi yang bisa ditemukan pilnya. Padahal masih banyak mineral yang tak kalah pentingnya dibutuhkan oleh tubuh, seperti; yodium, kalium, atau flouride. KLIK DISINI--> http://lh4.ggpht.com/_Xbs29ie4Jsc/Sj_yp6AV15I/AAAAAAAAAdM/tg-YUjjId2I/s1600-h/aqua%5B3%5D.jpg

Untuk lebih yakin kan anda coba anda siram air Aqua ke tanaman setiap hari dan bedakan dengan tanaman yang di siram air tanah. Maka tanaman yang di siram aqua akan mati kering seperti hangus.

Tapi, pertanyaannya adalah, datang dari manakah air bersih yang dijual oleh Aqua sehingga sekarang manusia perlu membayar hanya untuk mendapatkan air bersih?

-) Kisah dari Sekitar Sumber Mata Air

Salah satu dari sekian banyak mata air yang dieksploitasi dan disedot habis-habisan oleh Aqua hingga hari ini adalah mata air Kubang yang terletak di kampung Kubang Jaya, desa Babakan Pari yang berada di kaki gunung Salak, Sukabumi bagian utara.

Sumber mata air di Kubang mulai dieksploitasi oleh Aqua sejak sekitar tahun 1992-an. Kawasan mata air Kubang yang sebelumnya merupakan kawasan pertanian, kemudian oleh Aqua diubah menjadi kawasan seperti hutan yang tidak boleh digarap oleh warga setempat. Sekeliling kawasan mata air Kubang dipagari tembok oleh Aqua dan dijaga ketat oleh petugas keamanan sewaan selama 24 jam penuh setiap harinya. Tidak ada seorang pun yang boleh memasuki kawasan tersebut tanpa surat ijin yang ditandatangani langsung oleh pimpinan kantor pusat Aqua Grup di Jakarta.

Pada awalnya air yang dieksploitasi oleh Aqua adalah air permukaan, yaitu air yang keluar secara langsung dari mata air tanpa dibor. Namun pada tahun 1994, Aqua mulai mengeksploitasi air bawah tanah dengan cara menggali jalur air dengan mesin bor bertekanan tinggi.

Sejak air di mata air Kubang disedot secara besar-besaran oleh Aqua, banyak perubahan yang dirasakan oleh warga sekitar. Yang paling terasa adalah menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air di desa, dan ini berdampak buruk pada kehidupan warga desa itu sendiri. Penurunan daya dukung air ini tampak dari mulai munculnya masalah-masalah terkait dengan pemanfaatan sumber daya air di tingkat komunitas sejak sumber mata air Kubang dikuasai oleh Aqua. Salah satu masalahnya adalah kurangnya ketersediaan air bersih untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari termasuk air untuk minum, memasak, mencuci, mandi dan lain-lain.

Masalah ini dapat dilihat dari keadaan-keadaan sumur-sumur milik warga yang menjadi sumber pemenuhan akan kebutuhan air bersih sehari-hari. Sekarang, tinggi muka air sumur milik kebanyakan warga maksimal hanya tinggal sejengkal saja atau sekitar 15 cm. Bahkan beberapa sumur sudah menjadi kering samasekali. Padahal sebelum Aqua menguasai air di sana, tinggi muka air sumur biasanya mencapai 1-2 meter. Dulu, hanya dengan menggali sumur sedalam 8-10 meter saja, kebutuhan air bersih untuk sehari-hari sudah sangat terpenuhi. Sekarang, warga perlu menggali sampai lebih dari 15-17 meter untuk mendapatkan air bersih. Dulu, warga tidak memerlukan mesin pompa untuk menyedot air untuk keluar dari tanah, sekarang dalam sekali sedot menggunakan mesin pompa, air hanya mampu mencukupi 1 bak air saja dan setelah itu sumurnya langsung kering. Bahkan pada beberapa kampung, apabila dalam sebulan saja hujan tidak turun, sumur menjadi kering sama sekali. Padahal dulu, saat musim kemarau memasuki bulan ke-6 pun tidak membuat air sumur menjadi kering.

Masalah ini dapat dilihat dari keadaan-keadaan sumur-sumur milik warga yang menjadi sumber pemenuhan akan kebutuhan air bersih sehari-hari. Sekarang, tinggi muka air sumur milik kebanyakan warga maksimal hanya tinggal sejengkal saja atau sekitar 15 cm. Bahkan beberapa sumur sudah menjadi kering samasekali. Padahal sebelum Aqua menguasai air di sana, tinggi muka air sumur biasanya mencapai 1-2 meter. Dulu, hanya dengan menggali sumur sedalam 8-10 meter saja, kebutuhan air bersih untuk sehari-hari sudah sangat terpenuhi. Sekarang, warga perlu menggali sampai lebih dari 15-17 meter untuk mendapatkan air bersih. Dulu, warga tidak memerlukan mesin pompa untuk menyedot air untuk keluar dari tanah, sekarang dalam sekali sedot menggunakan mesin pompa, air hanya mampu mencukupi 1 bak air saja dan setelah itu sumurnya langsung kering. Bahkan pada beberapa kampung, apabila dalam sebulan saja hujan tidak turun, sumur menjadi kering sama sekali. Padahal dulu, saat musim kemarau memasuki bulan ke-6 pun tidak membuat air sumur menjadi kering.

Masalah lainnya lagi adalah, kurangnya ketersediaan air untuk kebutuhan irigasi pertanian. Masalah ini dialami oleh para petani dari hampir semua kampung di kawasan desa Babakan pari. Saat ini para petani di beberapa kampung tersebut saling berebut air karena ketersediaan air yang sangat kurang. Bahkan beberapa sawah tidak kebagian air dan mengandalkan air dari air hujan saja. Akibatnya, banyak sawah kekeringan pada musim kemarau dan tentu saja hal ini menimbulkan masalah perekonomian yang cukup serius bagi para petani.

Hal serupa juga terjadi di Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Aqua mengeksploitasi air secara besar-besaran dari tengah sumber mata air di Kabupaten Klaten sejak 2002. Sama dengan apa yang terjadi di desa Babakan Pari, mayoritas penduduk di daerah tersebut juga menopang kehidupannya dari pertanian. Karena debit air menurun sangat drastis sejak Aqua beroperasi di sana, sekarang para petani terpaksa harus menyewa pompa untuk memenuhi kebutuhan irigasi sawahnya. Untuk kebutuhan sehari-hari, penduduk harus membeli air dari tangki air dengan harga mahal karena sumur-sumur mereka sudah mulai kering akibat “pompanisasi” besar-besaran yang dilakukan oleh Aqua. Hal ini sangat ironis mengingat Kabupaten Klaten merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya air. Di satu Kabupaten ini saja sudah terdapat 150-an mata air.

Aqua memiliki izin untuk mengambil air sebanyak 18 liter per detik melalui sumur bor di dekat mata air Sigedang, yang juga merupakan air sumber irigasi untuk lahan pertanian di lima kecamatan. Ironisnya, saat kurangnya air irigasi ini memicu konflik di antara petani itu sendiri dalam soal perebutan sumber air yang semakin mengering demi sawah-sawah mereka, Aqua malah mengajukan permintaan menaikkan debit dari 18 liter menjadi 60 liter per detik. Salah satu hal yang juga menjelaskan mengapa ide swasembada pangan semakin menjadi angan-angan belaka.

referensi :
http://www.inilah.com/read/detail/6319/tragedi-sukabumi-duka-di-tengah-limpahan-air-2
http://www.inilah.com/read/detail/6325/tragedi-sukabumi-duka-di-tengah-limpahan-air-3-habis
http://izzatimilla.blogspot.com/2013/06/konflik-yang-terjadi-antara-danone-aqua.html
http://www.kruha.org/page/id/dinamic_detil/15/275/Air_Kemasan/Greenwashing_a_la_Danone.html

Selasa, 27 Mei 2014

MISTERI PETRUS (Penembak misterius) di YOGYAKARTA

MISTERI PETRUS

 
Pada tahun 1980 an, suasana kota Yogyakarta tiba-tiba berubah jadi mencekam. Para preman yang selama itu dikenal sebagai gabungan anak liar (gali) dan menguasai beberapa wilayah, tiba-tiba diburu oleh tim Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK), yang kemudian dikenal sebagai Petrus (Penembak misterius). Ketika melakukan aksinya, tak jarang suara letusan senjata para penembak terdengat oleh masyarakat sehingga suasana jadi makin mencekam. Mayat-mayat para korban penembakan atau pembunuhan misterius itu pada umumnya mengalami luka tembak di bagian kepala, dan leher, lalu kemudian dibuang di lokasi yang mudah ditemukan oleh penduduk sekitar. Ketika ditemukan, mayat biasanya langsung dikerumuni warga dan menjadi tontonan masyarakat, esok harinya, lalu menjadi headline di media massa yang terbit di Yogyakarta.
Aksi OPK melalui modus Petrus tersebut dengan cepat menimbulkan ketegangan dan teror bagi para pelaku kejahatan, karena korban-korban OPK di kota-kota lainnya pun mulai berjatuhan. Operasi OPK yang berlangsung secara rahasia tersebut justru mampu menekan dan meminimalisir angka kriminalitas yang terjadi di berbagai wilayah dan kota.
Pada tahun 1982, Presiden Soeharto memberikan penghargaan kepada Kapolda Metro Jaya saat itu, Mayjen Pol. Anton Soedjarwo, atas kesuksesannya membongkar aksi perampokan yang banyak meresahkan masyarakat. Selain mampu membongkar aksi perampokan, Anton juga dinilai sukses dalam melancarkan aksi OPK.
Pada bulan Maret di tahun yang sama, pada acara khusus yang membahas masalah pertahanan dan keamanan, Rapim ABRI, Presiden Soeharto bahkan meminta kepada Polri (yang saat ini masih menjadi bagian dari ABRI), untuk mengambil langkah pemberantasan yang efektif dalam upaya menekan angka kejahatan. Keseriusan Soeharto agar Polri/ABRI segera mengambil tindakan untuk menekan angka kejahatan, bahkan kembali dinyatakan Soeharto dalam pidato kenegaraan yang berlangsung pada 16 Agustus 1982. karena perintah Soeharto disampaikan pada acara kenegaraan yang istimewa, sambutan atau respon yang dilaksanakan oleh petinggi aparat keamanan pun sangat istimewa, dan ditanggapi secara serius.
Permintaan atau perintah Soeharto dengan cepat disambut oleh Pangkopkamtib Laksamana Soedomo melalui rapat kordinasi bersama Pangdam Jaya, Kapolri, Kapolda Metro Jaya, dan Wagub DKI Jakarta yang berlangsung di markas Kodam Metro Jaya 19 januari 1983. Dalam rapat tersebut, kemudian diputuskan untuk melaksanakan operasi untuk menumpas aksi-aksi kejahatan yang bersandi ‘Operasi Celurit’ di daerah jakarta, dan sekitarnya. Operasi celurit tersebut kemudian diikuti oleh Polri/ABRI di masing-masing kota serta dengan cepat merambat ke kota-kota lainnya. Korban-korban dari Operasi celurit pun berjatuhan.
OPERASI DI YOGYAKARTA
Selama sebulan OPK di Yogyakarta, paling tidak enam tokoh penjahat tewas terbunuh. Para korban tewas yang ditemukan rata-rata mengalami luka tembak parah di kepala dan lehernya. Dua diantara korban OPK yang berhasil diidentifikasi adalah mayat Budi alias Tentrem (29) dan Samudi Blekok alias Black Sam (28). Mayat Budi yang dulu ditakuti dan dikenal lewat geng mawar Ireng-nya, kini menjadi korban tak berdaya yang terkapar di parit di tepi jalan daerah Bantul, Selatan Yogyakarta, kejadian itu terjadi di awal tahun 1985. Sedangkan mayat Samudi alias Black Sam, ditemukan tergeletak di semak belukar di kawasan Kotagede yang tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta.

 

Dari cara membuang mayatnya, jelas ada semacam pesan yang ingin disampaikan kepada para bromocorah di Yogyakarta, yaitu agar segera menyerahkan diri, atau menemui ajal seperti rekan-rekan mereka yang telah tewas. Selama OPK berlangsung, paling tidak ada 60 bromocorah Yogyakarta yang menjadi korban Petrus. Sebagian besar tewas ditembak dan beberapa yang lainnya tewas terbunuh akibat senjata tajam. Sejumlah korban bahkan diumumkan oleh aparat keamanan, bahwa penyebab tewasnya mereka adalah akibat pengeroyokan massa. Salah satu korban yang diklaim aparat keamanan sebagai korban yang tewas akibat pengeroyokan massa adalah bromocorah bernama Ismoyo.
Selama hidupnya, Ismoyo dikenal sebagai gali elite karena merupakan lulusan Fakultas Sosial Politik UGM dan berstatus PNS. Sebagai ketua kelompok preman yang sering memalak angkutan-angkutan kota di wilayahnya, gali elite tersebut kemudian diciduk oleh aparat keamanan untuk diinterogasi. Namun menurut versi aparat, Ismoyo mencoba melarikan diri dan kemudian tewas akibat dikeroyok massa. Modus menyuruh bromocorah lari kemudian sengaja diteriaki maling atau malah ditembak saat sedang lari, merupakan cara standar yang dilakukan tim OPK untuk membereskan buruannya. Cara lain untuk memberikan shock therapy kepada bromocorah adalah dengan menembak korbannya puluhan kali. Cara ini diterapkan OPK saat menghabisi pentolan gali di Yogyakarta, yaitu Slamet Gaplek. Berdasarkan info, Slamet konon kebal peluru. Slamet Gaplek sempat melarikan diri dengan cara mematahkan borgol, namun akhirnya tersungkur mengenaskan setelah dihujani tembakan, dan lebih dari 20 peluru bersarang di sekujur tubuhnya.
Korban yang tewas dengan cara yang sadis dan mengenaskan tersebut lalu dibuang ke tempat-tempat yang mudah ditemukan oleh warga sehingga esoknya langsung menjadi berita yang heboh. Surat-surat kabar tentang mayat-mayat yang berjatuhan pun menghiasi kolom-kolom depan koran dan dengan cepat jadi pembicaraan publik. Cara seperti itu memang sangat efektif sebagai efek shock theraphy yang sangat ampuh untuk membasmi pelaku-pelaku tindak kejahatan meminimalisir angka kejahatan di kota-kota besar.

Jumat, 23 Mei 2014

Konspirasi di Balik Flu Burung

Konspirasi di Balik Flu Burung

Uraian DNA H5Nl asal Indonesia disimpan di Los Alamos National Laboratory New Mexico AS. Laboratorium yang dikontrol Kementerian Energi AS ini dulu digunakan untuk merancang bom atom Hiroshima. Lantas, virus ini untuk vaksin atau senjata kimia?

LBH Kesehatan menginformasikan jika ayah almarhum Nasrudin, warga Tangerang yang meninggal akibat terinfeksi flu burung (avian influenza) di RS Persahabatan Jakarta, mendaftarkan gugatan terhadap Kedubes AS dan WHO ke PN Jakarta Pusat, Selasa (4/3). Keluarga Nasrudin ingin mengetahui kematian anaknya karena faktor apa, apakah karena senjata biologi AS?

Gugatan ini muncul, sebulan setelah Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari meluncurkan bukunya di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (6/2). Buku yang berisi pengalaman langsung selama menangani penyakit pandemik ini terbit dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Judulnya, “It’s Time for the World to Change, Divine Hand Behind Avian Influenza”. Dalam edisi Indonesia berjudul “Saatnya Dunia Berubah. Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung.”

Buku bersampul merah—yang edisi bahasa Inggris—ini beredar luas di AS dan Eropa. AS dan sekutunya langsung berang. Pasalnya, sang menteri membeberkan keberhasilannya menumbangkan ketidaktransparanan WHO dalam mekanisme virus sharing H5N1. Selama 50 tahun terakhir, mekanismenya harus melalui Global Influenza Surveilance Network (GISN) bentukan AS yang tidak ada dalam struktur resmi WHO.

Cardiyan HIS, editor buku ini menuturkan kronologisnya pada Sabili. Perlawanan sang menteri dimulai ketika flu burung mulai menelan korban pada 2005. Saat itu, Menkes “marah” karena kematian tujuh orang warga Tanah Karo, Sumatera Utara, langsung diumumkan oleh WHO melalui CNN sebagai kasus flu burung human to human. Padahal, tidak didahului dengan penelitian DNA korban. Hipotesa Menkes saat itu, kasusnya masih animal to animal. “Ternyata hipotesa ini terbukti benar sampai sekarang,” jelasnya.

Meski begitu, menteri kelahiran Solo 6 November 1950 ini tetap kelabakan. Tamiflu, satu-satunya obat yang dipercaya bisa mengobati flu burung, harus tersedia. Tapi obat ini justru diborong negara-negara kaya yang tak terkena flu burung. “Ini tidak adil, negara-negara lemah yang terkena tidak memperoleh apa-apa. Untung saja ada bantuan dari India, Thailand, dan Australia,” ujar Menkes kala itu.

Korban terus berjatuhan. Pada saat bersamaan, dengan alasan penentuan diagnosis, Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui WHO Collaborating Center (WHO­CC) di Hong Kong memerintahkan Indonesia menyerahkan sampel spesimen H5N1. Perintah itu diikuti Menkes. Tapi, ia juga meminta Laboratorium Litbangkes melakukan penelitian. Hasilnya tenyata sama. Lalu, mengapa WHO-CC meminta sampelnya dikirim ke Hong Kong?

Dalam buku versi bahasa Inggris, Menkes menulis, ia terbayang pada korban flu burung di Vietnam. Sampel virus orang Vietnam itu diambil dan dikirirn ke WHO-CC untuk dilakukan risk assessment, diagnosis dan dibuat seed virus. Dari seed virus ini dibuat vaksin. Ironisnya, pembuat vaksin adalah perusahaan­perusahaan besar dari negara kaya yang tak terkena flu burung. Mereka mengambil dari negara korban dan menjualnya ke seluruh dunia tanpa izin, tanpa kompensasi.

Siti Fadilah pun “marah”. Ia merasa kedaulatan, hak dan martabat negara­negara berkembang dipermainkan GISN WHO. Badan yang sangat berkuasa ini telah menjalani praktik selama 50 tahun. Badan ini telah memerintahkan lebih dari 110 negara untuk mengirim spesirnen virus flunya tanpa bisa menolak. Virus menjadi milik mereka dan mereka berhak memprosesnya menjadi vaksin.

Menurut Cardiyan HIS, Menkes yang juga ahli spesialis jantung dan pembuluh darah ini cukup cerdik. Meski terpaksa mengirim sample virus ke WHO, pada saat yang sama ia juga mengirim ke Gene Bank, agar hasilnya bisa diakses oleh ilmuwan di seluruh dunia. Tidak seperti GISN WHO yang hanya dihuni 15 ilmuwan eksklusif, empat orang dari WHO dan selebihnya tak dikenal. Ilmuwan dunia menyambut baik keberanian Indonesia. Ini dianggap sebagai revolusi besar.

Saat Menkes ragu pada WHO, The Straits Times Singapura (27 Mei 2006) melaporkan, para ilmuwan tidak dapat mengakses data sequencing DNA H5N1 di WHO-CC. Belakangan diketahui, data ini justru disimpan di Los Alamos National Laboratory di New Mexico, AS di bawah kontrol Kementerian Energi AS. Meski pemerintah AS membantahnya, tapi situs resmi Los Alamos terang-terangan mengakui menyimpan uraian DNA H5N1 asal Indonesia.

Di laboraturium inilah dulu dirancang bom atom Hiroshima. Lantas, virus ini untuk vaksin atau senjata kimia? Siti Fadilah pun tak tinggal diam. Ia minta WHO membuka data itu. Ia berusaha keras agar mekanisme virus sharing diubah menjadi transparan. Hasilnya, pada 8 Agustus 2006, WHO mengirim data itu. Tak berhenti di situ, Menkes terus mengejar WHO-CC agar mengembalikan 58 virus asal Indonesia.

Asro Kamal Rokan dalam artikelnya di Republika menulis, 58 virus asal Indonesia konon sudah ditempatkan di Bio Health Security, Lembaga Penelitian Senjata Biologi Pentagon. Meski harus berhadapan dengan adidaya, Menkes terus melawan. Ia tak lagi bersedia mengirim spesimen virus yang diminta WHO, selama mekanismenya imperialistik, kapitalistik dan mengancam umat manusia.

Perlawanan Menkes tak sia-sia. Meski Siti Fadilah dikecam WHO dan dianggap menghambat penelitian, tapi akhirnya dalam sidang Pertemuan Kesehatan Sedunia di Jenewa, 20 November 2007, International Government Meeting (IGM) WHO, menyetujui mekanisme virus sharing dan membubarkan GISN.

Kini Indonesia ditunjuk oleh World Health Assembly Meeting (forum tertinggi menteri­menteri kesehatan seluruh dunia), untuk membuat konsep virus sharing. Selain melakukan deal dengan Baxter Inc (perusahaan farmasi AS) Indonesia juga akan beker­ jasama dengan banyak perusahaan termasuk dari dalam negeri seperti, Lembaga Eijkman dan PT Biofarma Tbk yang sudah mampu membuat vaksin.

Tapi, upaya AS dan sekutunya untuk membungkam buku ini tak pemah surut. Meski sudah sebulan berlalu, melalui jalur diplomatik di dalam dan luar negeri, AS terus menekan pejabat-pejabat Indonesia agar menarik buku edisi bahasa Inggris yang beredar luas di AS dan Eropa itu. Beberapa komprador AS di dalam negeri juga terus beraksi, agar buku yang memalukan tuannya ini ditarik. Tapi, Menkes bergeming.

Ia tak gentar menghadapi reaksi keras kaum kapitalis ini. Ia bertekad mempertahankan buku itu agar tetap beredar, apa pun risikonya. “Saya tak akan perah tarik buku itu dari peredaran. Bahkan, Menkes justru akan mencetak ulang dan menerbitkan jilid keduanya. “Selain cetak ulang, saya juga akan segera menerbitkan jilid dua buku ini,” paparya ..

Beberapa pihak juga medukung agar Menkes tidak menarik dan merevisi bukunya itu. Dukungan antara lain datang dari Ketua Umum PP Muhhamadiyah Dien Syamsuddin, Ketua Umum PP Nahtlatul Ulama Hasyim Muzadi dan mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafiie Ma’arif, “Siapapun tidak punya hak untuk melarang peredaran buku ini, kecuali buku ini mengganggu ketertiban,” tegas Pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng, Sholahuddin Wahid.

Bahkan, Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Syamsir Siregar, setelah memanggil dan mendengar penjelasan Siti Fadilah juga menyatakan dukungannya. “Setelah saya jelaskan, BIN bisa menerima bahkan memberi dukungan,” tandas Menkes. Demikian juga dengan Menteri Pertahanan dan Keamanan Juwono Sudarsono yang melihat Menkes telah memenangkan pertempuran diplomasi internasional.

Sebagai peneliti yang telah lama malang melintang di dunia kesehatan, Siti Fadilah tahu betul, virus bisa dilemahkan, bisa dijadikan vaksin atau dikuatkan menjadi senjata biologi. Data uraian virus tidak mungkin didapat tanpa meneliti virus. Dengan data yang lengkap maka virus dapat direkayasa menjadi senjata biologis. Tidak masuk akal jika laboratorium yang pernah menciptakan bom atom Hiroshima, hingga antrax, hanya menyimpan data sequencing, tanpa virusnya.

Indonesia sendiri pernah kecolongan pada kasus virus small pox (cacar). Pada 1974, Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh WHO. Karenanya, tahun 1984 WHO datang ke Indonesia untuk memusnahkan virus cacar sekaligus laboratoriumnya di Biofarma Bandung. Sejak saat itu Indonesia tidak lagi memiliki virus cacar. Tiba-tiba pada 2003, WHO mengumumkan adanya senjata biologis dari virus cacar.

“Tahun 2005 Indonesia harus membeli vaksin cacar dari WHO karena ada senjata biologi dari small pox. Yang bikin siapa saya tidak tahu tapi yang punya vaksin adalah perusahaan Amerika,” jelas Siti Fadilah. Selanjutnya, seluruh dunia harus membeli vaksin untuk persediaan. Harganya pun super mahal, mencapai Rp 600 milyar. “Pemerintah tidak punya uang. Pengalaman ini tidak boleh terjadi pada flu burung. Kalau menjadi senjata biologi bisa mencelakakan umat manusia,” pungkasnya

Senin, 19 Mei 2014

Inilah Dalang Kerusuhan Mei 1998

Inilah Dalang Kerusuhan Mei 1998

menurut admind

Robert Strong

Obsesi saya selama 16 tahun terakhir adalah menemukan pihak yang menjadi dalang kerusuhan Mei 1998 sebab siapapun pihak yang berada di belakang serangkaian peristiwa di bulan-bulan terakhir Orde Baru yang berujung pada kerusuhan Mei 1998 itu sungguh sangat keji dan tidak berprikemanusiaan, membunuh ribuan manusia tidak berdosa hanya sekedar untuk menjatuhkan seorang presiden yang satu-satu kesalahan paling besar adalah berkuasa terlalu lama.

Sebagaimana kebanyakan rakyat Indonesia maka saya juga menghubungkan Kerusuhan Mei 1998 dengan persaingan antara dua jenderal yaitu Wiranto dan Prabowo. Semua bukti yang dipaparkan media massa selama ini memang mengerucut pada dua nama tersebut, masing-masing melakukan berbagai tindakan yang dapat diartikan sebagai usaha untuk mendukung Kerusuhan Mei 1998, seperti kepergian Wiranto ke Malang pada hari kerusuhan dengan membawa seluruh panglima angkatan perang; atau bercandaan Prabowo kepada Lee Kuan Yew menjelang Pemilu 1997 bahwa dia mungkin akan memberontak.

Namun demikian, hasil penelitian saya selama 16 tahun justru menemukan fakta yang berbeda, bahwa dalang sesungguhnya dari Kerusuhan Mei 1998 bukan Wiranto maupun Prabowo, melainkan para barisan sakit hati orde baru, dan berikut ini adalah hasil penelusuran saya tersebut.

Yang harus kita telusuri pertama kali adalah motivasi Kerusuhan Mei 1998, dan berdasarkan temuan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Mei 1998 ditemukan fakta bahwa pelaku utama kerusuhan adalah bukan rakyat setempat, melainkan orang-orang berbadan tegap berambut cepak yang secara terkoordinir memprovokasi rakyat dan menyiram gedung-gedung dengan bensin yang sudah mereka bawa kemudian membakar. Setelah rakyat terprovokasi orang-orang ini kemudian menghilang.

Semua petunjuk menunjukan bahwa provokator di lapangan adalah militer, namun pertanyaannya militer di bawah komando siapa? Ini adalah pertanyaan yang mungkin tidak akan pernah terungkap, akan tetapi dari keahlian para provokator itu dapat dipastikan mereka adalah intelijen dan bukan orang lapangan.

Akhirnya selama bertahun-tahun saya hanya bisa menduga-duga pelakunya antara Prabowo atau Wiranto, sampai suatu saat saya menemukan dua buku otobiografi yang melengkapi semua puzzle yang ada, yaitu buku Salim Said, dan Bill Tarrant, mantan kontributor asing the Jakarta Post, keduanya saya bbaca di rumah, saya beli yang pertama di Gramedia, yang kedua di Kinokuniya Plaza Senayan.

Banyak informasi penting dalam buku Salim Said, tapi yang paling penting adalah Benny Moerdani pernah mengatakan kepada dia dan angkatan 66 lain bahwa cara menjatuhkan Pak Harto adalah melalui berbagai kerusuhan untuk mendestabilisasi keadaan yang akan membuat kursi Pak Harto goyah dan saat itu Pak Harto akan mudah didongkel. Itu dia, ini jawabannya, dan semua masuk akal, siapa lagi yang bisa mengeksekusi pekerjaan intelijen serapi Kerusuhan Mei 1998 bila bukan raja intelijen, Benny Moerdani?

Jalinan cerita dari Salim Said tersebut kemudian menyambung dengan cerita Bill Tarrant bahwa The Jakarta Post yang tadinya diciptakan pendiri CSIS Jusuf Wanandi dan Ali Moertopo sebagai mesin propaganda Orde Baru ke dunia luar sejak tahun 1990 tiba-tiba ikut menyerang Orde Baru dengan isu HAM, demokrasi, bertepatan dengan tersingkirnya CSIS dari Orde Baru. Selain itu The Jakarta Post juga adalah kekuatan di belakang layar yang membangkitkan para LSM yang sudah menjelang mati suri untuk melawan Orde Baru, dan yang lebih penting lagi, The Jakarta Post adalah donatur utama dari gerakan mahasiswa 1997-1998, dan bahkan markas besar mahasiswa saat itu adalah kantor The Jakarta Post!!

Siapa menyangka bahwa provokator Kerusuhan Mei 1998 adalah kantor redaksi salah satu koran yang paling dihormati di Indonesia?? Tapi semua masuk akal sebab Benny Moerdani adalah bagian dari CSIS dan mewarisi jaringan opsus yang sudah dibangun oleh Ali Moertopo beserta strategi penggunaannya. Sedangkan CSIS maupun Benny Moerdani, sebagaimana ditulis Jusuf Wanandi dalam The Shades of Grey/Membuka Tabir Orde Baru sangat dendam sebab Soeharto menyingkirkan mereka dan melupakan jasa Ali Moertopo maupun Hoemardani, patron CSIS.

Semua bertambah masuk akal bila kita mengingat strategi favorit Ali Moertopo dalam menjatuhkan lawan adalah mendestabilisasi keadaan. Dengan menggunakan cara ini dia berhasil memaksa Soekarno memberikan supersemar kepada Soeharto; dan dengan menempatkan kuda troya bernama Hariman Siregar, Ali Moertopo berhasil memancing mahasiswa Universitas Indonesia untuk terlibat dalam kerusuhan Malari yang pada akhirnya menjatuhkan saingan Ali Moertopo, Jenderal Soemitro. Adapun keterangan bahwa Hariman Siregar adalah anak buah Ali Moertopo dan mendapat posisi di senat Universitas Indonesia adalah keterangan Jenderal Soemitro di pembelaan dirinya mengenai Malari.

Semua bertambah masuk akal bila kita juga mengingat bahwa Benny Moerdani ada di belakang Megawati ketika kerusuhan 27 Juli 1996 pecah; dan menjelaskan mengapa jenderal-jenderal seperti Agum Gumelar; SBY; Sutiyoso; Hendropriyono berani bersekongkol dengan Megawati mencetuskan Kerusuhan 27 Juli 1996, sebab mereka mendapat dukungan dari Benny Moerdani.

Soeharto sendiri tampaknya sudah tahu bahwa Benny Moerdani ada di belakang kejatuhan dirinya, sebab sesaat setelah dia lengser keprabon, Soeharto segera merajut hubungan kembali dengan Benny, termasuk pertemuan bertiga antara dirinya, Gus Dur dan Benny di luar kota Jakarta.

Berdasarkan semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa CSIS dan Benny Moerdani adalah aktor utama Kerusuhan Mei 1998 dan bukan Wiranto maupun Prabowo

Rabu, 14 Mei 2014

KRONOLOGI TRAGEDI TRISAKTI MEI 98

KRONOLOGI TRAGEDI TRISAKTI MEI 98

 
Peristiwa berdarah tragedi trisakti memang telah lama berlalu menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan pelajaran berharga bagi generasi kita saat ini dan akan datang. pengorbanan yang mungkin telah mulai terlupakan oleh sebagian generasi muda saat ini yang lebih memikirkan segala sesuatu yang bersifat materi tanpa menghargai sejarah dan apa yang telah di tinggalkannya, sejarah penting yang membawa Indonesia keluar dari lembah keterpurukan orde baru menuju indonesia yang kita lihat sekarang ini. reformasi, adalah apa yang lahir dari tragedi tersebut. satu kata yang butuh ratusan nyawa , ribuan pengorbanan, dan jutaan air mata untuk mewujudkannya, dan itu adalah apa yang kita rasakan sekarang ini. tanpa bermaksud menyinggung pihak manapun, tulisan yang dikutip langsung dari kronologi peristiwa trisakti oleh senat mahasiswa universitas trisakti ini mencoba memberikan pandangan kepada kita tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa tersebut.


jam 10.30 -10. 45

Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang bertempat di pelataran parkir depan gedung M (Syarif Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap massa Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan universitas serta karyawan yang berjumlah sekitar 6000 orang di depan mimbar.

jam 10.45-11.00

Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkan mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia sekarang ini.
jam 11.00-12.25

Aksi Orasi serta unjuk rasa (mimbar bebas) dilaksanakan dengan para pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa. Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.

Jam 12.25-12.30

Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang) dan menuntut untu turun (long March) ke jalan dengan tujuan menyampaikan aspirasinya ke anggota MPR/ DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman.

Jam 12.30-12.40

Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.

Jam 12.40-12.50

Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara perlahan menuju MPR/DPR melewati kampus Untar.

Jam 12.50-13.00

Long March mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk kantor walikota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.

Jam 13.00-13.20

Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil mahasiswa (SMUT) melakukan negoisasi dengan pimpinan komando aparat (Dandim & Wakapolres Jakarta Barat). Sementara negoisasi berlangsung, massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh barisan satgas samping bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Selain itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.

Jam 13.20-13.30

Tim negoisasi kembali dan menjelaskan hasil negoisasi di mana longmarch tidak diperbolehkan dengan alasan oleh kemungkinan terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa karena mereka merasa aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus mendesak untuk maju. Dilain pihak pada saat yang hampir bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.

Jam 13.30-14.00

Massa dapat dibujuk oleh rekannya untuk duduk. Lalu massa melakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Sementara rekan mahasiswi membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan satuan kepolisian lainnya.

Jam14.00-16.45

Negeoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun massa tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit massa mulai berkurang dan
menuju ke kampus. J

am 16.45-16.55

Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana hasil kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya massa menolak tapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE & Dekan FH Usakti serta ketua SMUT massa mau bergerak mundur.

Jam 16.55-17.00

Mahasiswa bergerak mundur secara perlahan demikian pula aparat. Namun tiba- tiba seorang oknum yang bernama Mashud yang mengaku sebagai alumni (sebenarnya tidak tamat) berteriak dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa untuk bergerak karena oknum tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang sedang memata-matai massa.

Jam 17.00-17.05

Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama mundur.

Jam 17.05-18.30

Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor (seperti: ng*n*ot,
k**t*l…) pada mahasiswa sehingga sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh satgas mahasiswa Usakti. Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan pelemparan gas air mata sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi buta dan sniper-sniper(penemb­ak jitu), pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan dan penginjakkan yang disertai dengan pelemparan mahasiswa ke kali lalu ditembak tanpa belas kasihan sedikitpun serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi (pemegangan bagian-bagian tubuh yang vital ) termasuk Ketua SMUT yang berada diantara aparat dan massa mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan. Hal ini merupakan tindakan-tindakan brutal dan immoral yang dilakukan oleh pihak aparat keamanan dalam mengamankan aksi keprihatinan mahasiswa.
Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke jembatan layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari
mengejar massa mahasiswa, juga menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan seperti bangkai. Yang mengenaskan ada seorang
mahasiswi yang sudah berjongkok minta ampun tapi tak digubris dan terus dipukuli. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus. Lalu
sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak dua baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus tiga orang dan satu orang lainnya di
rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

Jam 18.30-19.00

Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di
beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.

Jam 19.00-19.30
Rekan mahasiswa kembali panik karena ada beberapa aparat berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama) dan sniper (penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah maupun ruang ormawa ataupun tempat-tempat aman seperti musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk sembunyi. (mahasiswa ketakutan)

Jam 19.30-20.00

Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai berani untuk keluar adari
ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing- masing. Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara keluar secara sedikit demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan pulang
dengan aman.

Jam 20.00-23.25

Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat rekannya yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur pulang.


Keterangan : Jumlah mahasiswa yang belum kembali ada 9 orang. tragedi trisakti merupakan pelajaran berharga bagi kita semua, bagaiman suatu pengorbanan yang harus dibayar oleh sekelompok mahasiswa untuk memperjuangkan apa yang diyakininya tanpa pernah menyerah untuk kedamaian negrinya. kepada seluruh mahasiswa di negri ini, lanjutkanlah perjuangan kalian, baktikanlah pengetahuan kalian kepada masyarakat, dan jangan lah berhenti
meneriakan kebenaran walaupun itu adalah hal terakhir yang kau teriakan.

Senin, 12 Mei 2014

16 Tahun Tragedi Trisakti


16 Tahun Tragedi Trisakti

 

12 Mei 1998. Abdul Mun'im Idries baru saja tiba di rumahnya malam itu. Tiba-tiba telepon genggamnya berdering. "Dok, bantu kami, dok. Ada korban penembakan..." kata suara di ujung telepon.

Pakar forensik itu belum tahu, beberapa jam sebelumnya, terjadi penembakan terhadap kerumunan mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta. Penembakan dilakukan saat mereka berdemonstrasi meminta Soeharto turun dari jabatan. 4 mahasiswa tewas.

Tapi, Mun'im mengenali suara itu milik Idham Aziz, Kasat Serse Polres Metro Jakarta Barat. "Korban ada di RS Sumber Waras. Dokter datang saja ke pos polisi Terminal Grogol," lanjut Idham seperti diceritakan Mun'im dalam buku Indonesia X-Files: Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno sampai Kematian Munir.

Tanpa mengganti baju, Mun'im itu menuju pos polisi itu. Sesampai di sana, ia diminta menunggu. Sampai pukul 23.00, tak ada kejelasan. Mun'im lalu bilang,"Pak, daripada menunggu tidak jelas, lebih baik saya berangkat ke Sumber Waras sekarang."

Ia dibonceng sepeda motor oleh polisi tak berseragam. Dikawal 2 petugas lain dengan sepeda motor berbeda. Anehnya, petugas yang mengantar memilih untuk melalui jalan tikus. Padahal saat itu jalanan telah sepi dan seharusnya mereka bisa langsung lurus menuju RS Sumber Waras.

"Pak dokter, kita tidak tahu siapa kawan siapa lawan. Ini semua demi keselamatan dokter," ungkap si petugas ketika ditanyakan soal pilihan rutenya.

Sesampai di RS Sumber Waras, Mun'im melakukan pemeriksaan. "Masing-masing mendapat luka tembak pada daerah yang mematikan, bukan untuk mulumpuhkan... Ada di dahi dan tembus ke daerah belakang kepala, ada di daerah leher, di daerah punggung, dan ada yang di daerah dada," tulis Mun'im yang meninggal dunia pada 27 September 2013 itu.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Semua tewas karena peluru tajam.

Demonstrasi dipicu kegoyahan ekonomi Indonesia yang terpengaruh krisis keuangan Asia sepanjang 1997-1999. Banyak perusahaan tutup, PHK terjadi di mana-mana. Rezim Orde Baru menjadi sasaran kemarahan. Mahasiswa turun ke jalan, menuju ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.

Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung DPR/MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihadang blokade polisi dan aparat militer di depan kantor Walikota Jakarta Barat. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan aparat keamanan. Gagal, tetap dilarang ke Senayan. Mereka pun melakukan aksi di Jl. S. Parman itu.

 Tembakan dari Jalan Layang Grogol

Pada pukul 17.15, diputuskan para mahasiswa bergerak mundur, ke arah kampus. Sempat diwarnai sejumlah ketegangan, mahasiswa mulai masuk ke halaman kampus. Tiba-tiba terdengar bunyi tembakan. Beberapa kali. Arahnya dari jembatan layang Grogol. Kepanikan melanda. Ketika tembakan mereda, diketahui 4 mahasiswa meregang nyawa.

Kematian mereka memantik kemarahan yang lebih besar. Keesokan harinya, mahasiswa hendak kembali menggelar demo. Tapi, datang massa tak dikenal melakukan provokasi, merusak dan membakar bangunan. Itulah awal dari kerusuhan massal di Jakarta. Hal serupa juga meledak di berbagai daerah, seperti Solo.

Pada kerusuhan ini banyak toko dan kantor dihancurkan oleh amuk massa—terutama milik warga keturunan Tionghoa. Korban yang jatuh jauh lebih besar, ribuan orang. Inilah awal runtuhnya kekuasaan Soeharto pada 21 Mei 1998.

Tragedi Trisakti hanya berujung pada pengadilan sejumlah aparat Brimob. Masing-masing mereka dihukum 34 bulan penjara. Pangkat paling tinggi di antara mereka adalah Iptu. Tak ada perwira tinggi yang tersentuh.

Usai memeriksa 4 mahasiswa itu, Mun'im bertemu Kapolda Metro Jaya saat itu, Hamami Nata. Kemudian Mun'im menyampaikan hasil autopsi.

"Saya sudah perintahkan kepada semua anak buah saya agar mereka tidak menggunakan peluru tajam. Mereka yang menghadapi pengunjuk rasa hanya dibekali peluru karet atau peluru hampa yang terbatas jumlahnya. Dari mana datangnya peluru ini?" kata Hamami.

Mun'im langsung berpikir bahwa Polda Metro dikerjain. Entah oleh siapa. Panglima ABRI saat itu adalah Jenderal Wiranto. Jakarta merupakan teritori Hamami dan Pangdam Jaya, Mayjen Sjafrie Sjamsuddin.

Sabtu, 10 Mei 2014

Operasi Trikora di Irian Barat




Perang Terbuka Operasi Jaya Wijaya Benar-Benar Terjadi di Irian Barat

 
1. Gagalkan pembentukan Negara Boneka Papua
2. Kibarkan sang merah putih di Irian Barat tanah air Indonesia
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa

Ketiga kalimat diatas merupakan isi yang tertuang dalam Tri Komando Rakyat atau TRIKORA, dicanangkan oleh Presiden Soekarno setelah pidato agung di alun-alun utara Yogyakarta pada 19 Desember 1961 yang dihadiri sekitar 1 juta masa. Trikora digelorakan oleh Bung Karno sebagai jawaban atas sikap Belanda yang masih ingin tetap bercokol di Irian Barat serta tidak mematuhi hasi Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menyatakan bahwa wilayah Republik Indonesia adalah semua bekas wilayah yang dijajah Belanda.
Guna mendukung dan melaksanakan perintah Trikora maka dibentulah Komando mandala yang bermarkas di Ujung Pandang (Makassar), komando ini memilik tugas yang amat kompleks dan berat karena harus mengumpulkan dan mengkoordinasikan seluruh kekuatan Negara dalam waktu yang amat singkat dengan luas wilayah tugas yang mencapai separuh dari seluruh luas Republik. Tugas yang super berat demi terwujudnya Operasi JayaWijaya, sebuah operasi klimaks berupa perang terbuka dalam skala besar terhadap Militer Belanda di Irian Barat.
Mengingat kondisi persenjataan dan keterbatasan personil Angkatan Perang Republik Indonesia yang masih sangat terbatas, ditambah bangsa Indonesia baru saja selesai dari krisis pemberontakan daerah yang memerlukan penanganan secara militer, Kekuatan Ekonomi yang belum stabil serta kendala lainnya membuat Kampanye TRIKORA ini menurut pendapat pribadi terkesan penuh kenekatan nan Heroik. Bagaimana tidak nekat, dalam usia Republik yang masih relativet muda dan baru saja selesai dari aksi pemberontakan, Bangsa Indonesia harus berjuang lagi untuk membebaskan Irian Barat.
Akan tetapi segala permasalahan ini ternyata bukan menjadi halangan di tangan Bung Karno, dengan segala upaya memerintahkan jajarannya untuk meningkatkan kekuatan militer dan yang utama menumpuk Alutsisa modern sebanyak mungkin agar bisa menandingi kekuatan Belanda. Peluang datang dari negeri Stalin, dengan cerdik Bung Karno berhasil membujuk Uni Soviet (Rusia) untuk mau menjual persenjataan canggihnya dengan system Kredit Jangka Panjang meski Bung Karno tahu bahwa dengan kondisi saat itu tidak mungkin bisa melunasinya. “di Kemplang Saja” ujar Bung Karno.


C-130 Hercules AURI (TNI AU) bersiap menerjunkan pasukan TNI di Irian Barat

Sejarah mencatat, Operasi Jaya Wijaya tidak jadi dilaksanakan karena Belanda ternyata memilih cara damai, hasil dari bujukan , Rekomendasi dan tekanan dari Amerika Serikat. Tindakan Amerika ini dilakukan demi menolong sekutu dekatnya setelah mendapat informasi dari Intelejen tentang kondisi kekuatan militer Indonesia. Amerika menggunakan pesawat pengintai khusus U2 Dragon Lady yang mampu berada diketinggian yang sulit dijangkau radar dan pesawat pencegat manapun, U2 melaporkan keberadaan alutsista canggih dari Soviet yang sudah berjejer di Indonesia salah satu yang menakutkan adalah kehadiran pembom strategis TU-16 Badger dan Mig 21 Fishbed. Superioritas Kekuatan Militer Belanda sedikit demi sedikit mulai di imbangi dengan kehadiran persenjataan dari Soviet. Belanda mulai mengurangi kekuatan tempurnya setelah mencium kehadiran Kapal Perang Penjelajah, RI (KRI) Irian.
 
 KRI (RI) Irian kelas Sverdlov eks AL Uni Soviet

Sejatinya, meski Republik Indonesia dihujani berbagai jenis senjata modern dari Soviet sehingga menjadi Negara dengan militer terkuat di Asia Tenggara sesungguhnya tak semuanya berjalan mulus. Kesiapan para personil militer RI yang belum matang karena harus berlatih dalam waktu super singkat dan langsung diterjunkan ke medan perang, dukungan fasilitas dan infrastuktur yang masih terbatas, Koordinasi antar angkatan perang yang belum terjalin baik serta berbagai kekurangan lain yang mewarnai jalannya kampanye Trikora. Sehingga bila Perang Terbuka antara Indonesia dan Belanda Berkorbar belum tentu Angkatan perang RI mampu memenangkan Perang dalam waktu singkat.
Kekuatan militer Belanda kemungkinan lebih siap perang ketimbang Indonesia dan persenjataanya lebih matang meski secara teknologi beberapa alutsistanya kalah jauh dari Indonesia terutama Pesawat Tempur. Untungnya, kekuatan Diplomasi RI berhasil mengembalikan kedaulatan Irian Barat tanpa memakai kekuatan fisik, bahkan dengan cemerlang Indonesia dibawah Bung Karno berhasil “mengelabui” Amerika Serikat dan Uni Soviet dimana dikemudian hari hal ini memicu Amerika untuk segera menumbangkan Bung Karno dengan segala cara sebagai wujud Balas Dendam.

Kekuatan Indonesia Matra Darat, Laut dan Udara kala itu :
1. Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI)
54 Kapal Perang dari berbagai Jenis, 24 Kapal AL, 8 Pesawat Terbang, 1 Brigade KKO AL/Marinir
1 Kapal Penjelajah ringan kelas Sverdlov eks AL Uni Soviet armada Baltik Ordzonikidze, KRI Irian-201.
1 Skuadron pesawat anti kapal selam tipe AS 4 Gannet
12 unit kapal selam kelas Whiskey
24 rudal anti kapal P-15 Termit (Kode Nato : Styx SS-N-2) ditempatkan di Kapal Cepat berpeluru kendali (KCR) kelas Komar sebanyak 12 Kapal.
Total Pasukan : 15.260 personil (5.460 dari AL, 3.300 dari sipil dimiliterisasi, 6.700 KKO AL)
2. Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI)
Satu skuadron Pemburu P-51D Mustang (40 Pesawat), Satu Skuadron Pembom B-25 Mitchel (25 Pesawat) dan Beberapa Pesawat B-26 Invader, Satu Skuadron angkut C-47 Dakota, Satu Skuadron Pengintai darat dengan Pesawat Auster dan L-4J, Beberapa pesawat Amfibi PBY-5A Catalina, Satu Skuadron Jet Latih Tempur DH-115 Vampire.
24 Pesawat Pembom Jarak Jauh Tu-16 Badger (Versi A dan B) beserta rudal anti kapal KS1/AS1 Kennel, 30 MiG-15 UTI, 49 pesawat buru sergap MiG-17 (versi D/PF), 10 MiG-19, 24 Pesawat Interceptor Supersonik MiG-21 , 22 Pembom strategis Il-28 Beagle, 10 Pesawat Angkut berat C-130 Hercules, 6 Pesawat Angkut berat Antonov AN-12B.
Puluhan misil anti serangan udara, S-75 Dvina (SA-2 Guideline), Helikopter MI-4, Helikopter Mi-6
Total personil : ?
3. Angkatan Darat Republik Indonesia
Tidak diketahui
4. Polisi/Brimob/Paramiliter
Tidak diketahui

Kekuatan Kerajaan Belanda (Darat, Laut dan Udara)
1. Angkatan Laut Kerajaan Belanda
1 Kapal Induk Hr. Ms. Karel Doorman yang mengangkut : 12 Hawker Hunter F Mk4, 2 Heli Alloute, 12 Hawker Hunter F Mk6, 2 Radar tipe 15Mk-1V, sejumlah tank, Kanon anti serangan udara dan 820 personil mariner.
11 Kapal dari berbagai Jenis, 1 Skuadron/ 12 Pesawat PsV – 7 Neptune pembom torpedo, 1 skuadron/ 15 pesawat tempur Fairy Firefly dan 1 Skuadron pesawat Amfibi PBY-5A Catalina.
3 Kapal Fregate, 4 Kapal Perang Pemburu, 3 Kapal Selam klas Dolfinj dan Zeeleeuw.
Total Pasukan : 35.000 personil dan 1400 Marinir.
2. Angkatan Darat Kerajaan Belanda
Berbagai Jenis kendaraan tempur dan meriam
Personil : 12.000, 1 Detasemen Korps Commando Troepen 50 bermarkas di Biak.
3. Angkatan Udara Kerajaan Belanda
1 Skuadron pesawat tempur Hunter FGA bermarkas di Biak, 1 Skuadron Transport dengan kekuatan 4 – 6 Pesawat DC-3 dan helicopter.
4. Polisi Belanda
960 personil Paramiliter dibawah Komando perwira Belanda dan 900 Personil recruitmen local.
Skenario Jalannya Perang
Bila Operasi Jaya Wijaya benar-benar terjadi, hasilnya adalah Perang habis-habisan. Perang terbuka yang bakal menyedot seluruh kekuatan Nasional di kedua belah pihak. Angkatan laut Indonesia dan Belanda dengan berbagai jenis kapal perang saling adu tembak, laut Indonesia Timur dipastikan meriah dan berdarah-darah. Ketahanan mental dan fisik sangat teruji, siapa yang memilik strategi dan taktik paling cemerlanglah yang berpotensi memenangkan pertempuran. Disektor bawah laut, kehadiran kapal-kapal selam RI mampu memberikan mimpi buruk bagi kapal-kapal perang Belanda, dengan begitu intensitas serangan laut Belanda bisa ditekan serta diturunkan berkat serangan menakutkan dari torpedo-torpedo kapal selam.
 
 
Kapal selam ALRI (TNI AL) kelas Whiskey



Dibarisan pasukan yang mendarat dibibir pantai bakal menemui hadangan pertahanan pantai pasukan belanda, diperkiraan kondisi akan seperti pertempuran pasukan sekutu vs Jerman Nazi di Normandia.
Pasukan Lintas Udara selain harus menghadapi kondisi alam yang masih ganas, persiapan pasukan belanda untuk menghadang droping pasukan dari udara adalah tantangan besar yang harus dihadapi dengan taruhan nyawa. Infiltrasi yang dilakukan Pasukan darat ,Paramiliter dan sukarelawan juga akan menghadapi serangan pertahanan pasukan belanda dan sukarelawannya. Pasokan Logistik yang lancar menjadi salah satu pilar pendukung keberhasilan misi bagi para pasukan yang berada didarat, bila perang terjadi kemungkinan pasukan infiltran ini akan dapat mengganggu pasukan belanda dari pintu belakang meski jatuh korban di kedua pihak tak mungkin dihindari.
Titik cerah berada di pundak Angkatan udara yang memiliki armada pesawat lebih modern ketimbang milik Belanda, selain telah memberikan efek kejut dan Deteren bagi Pasukan Belanda, diperkirakan kekuatan Udara RI berhasil menerobos dan memporakporandakan wilayah Udara Belanda di Irian. Kapal Induk Karel Doorman bakal menjadi sasaran empuk armada bomber Tu-16, jika Karel Doorman Tenggelam, pasukan RI hanya selangkah lagi menuju kemenangan mutlak atau bahkan mampu membuat belanda menyerah, Di sektor udara kekuatan udara RI lebih diunggulkan meraih kemenangan telak.


Tu-16 AURI (TNI AU) dengan senjata maut rudal AS-1 Kennel

Dua kekuatan yang sebenarnya nyaris seimbang ini akan saling adu jotos sama kuat, korban di kedua pihak diproyeksikan bernasib imbang, Apalagi di pihak Indonesia dimana koordinasi antara ketiga matra angkatan : Darat, Laut Udara belum terlalu sinkron, terbukti difase infiltrasi muncul berbagai kendala teknis dan non teknis. Harap dimaklumi, persiapan operasi Jaya Wijaya dilaksanakan dalam waktu yang mepet ,diburu deadline oleh Bung Karno dan lagi merupakan operasi gabungan raksasa yang melibatkan semua kekuatan negara jelas memerlukan waktu pematangan yang tak singkat. Namun ibalik segala kekurangan yang ada, secara moral, semangat dan dukungan dunia internasional, pasukan Indonesia berada diatas Belanda.
Akhir Perang
Meski penuh perjuangan, bisa dipastikan bahwa Operasi Jaya Wijaya berhasil mengalahkan kekuatan Belanda meskipun harus dibayar dengan harga mahal. Diperkirakan, akibat perang terbuka ini banyak korban berjatuhan, kekuatan nasional terkuras mendekati titik nol. Disisi Belanda pun diperkirakan bernasib sama, Negeri Belanda yang belum tuntas membangun kekuatan pasca Perang Dunia II bisa jatuh bangkrut bila terus memaksakan berperang dengan Indonesia, disisi lain kecaman dan tekanan dari dunia Internasional yang lebih mendukung Indonesia bakal tertuju ke Belanda. Jumlah Persenjataan, Tentara, dan relawan Indonesia berkurang drastis, banyak yang menjadi korban kemenangan Operasi Jaya Wijaya. Bahkan Panglima mandala, Mayjen Soeharto berujar : “Tugas kalian cukup berat. Saya perkirakan sekitar 60% dari kalian tidak akan kembali dan hanya 40% bisa selamat….” (Panglima Mandala, Mayjen Soeharto, dalam taklimat Pasukan Naga, Operasi Trikora, 23 Juni 1962)
Kini era 1960-an merupakan sebuah kenangan paling indah dalam dunia militer tanah air, Di era inilah khususnya AURI dan ALRI tumbuh berkembang menjadi sebuah kekuatan militer di udara dan laut paling canggih dan menakutkan di belahan bumi selatan. Bagi Angkatan Udara, kehadiran pesawat pesawat buatan Uni Soviet seperti MiG-21 Fishbed dan TU-16 Badger bila disamakan dengan era sekarang mungkin sepadan dengan TNI AU mengoperasikan F-35 Lightning II dan B-2 Spirit, tak salah bila di era ini AURI layak disebut sebagai salah satu kekuatan udara paling elite di dunia, sejajar dengan Soviet, Inggris dan Amerika karena hanya 4 negara inilah yang memakai pembom strategis saat itu
 
MiG-21 Fishbed AURI (TNI AU)

Sayang ketangguhan MiG-21 dan Tu-16 yang dimaksudkan untuk memukul belanda urung di wujudkan, terutama Pembom Tu-16 yang terpaksa gagal menyerang target favoritnya, kapal induk Belanda Karel Doorman dengan senjata maut rudal AS-1 Kennel, bayangkan saat itu semua alutsista canggih AURI menggembur pasukan Belanda di Irian, Sebuah ajang battle proven senjata-senjata mutakhir akan tercatat dalam balutan sejarah yang luar biasa.


link video nya:

http://www.youtube.com/watch?v=VH9NNiTIBuM

Jumat, 09 Mei 2014

Mengenang Tragedi 2 Tahunnya Sukhoi Superjet 100

Terbang dan Menjelajah

Melihat profile pesawat ini pasti kita sudah tidak asing lagi. Ini adalah Sukhoi Superjet 100 yang dua tahun lalu tepatnya tanggal 9 Mei datang ke Indonesia untuk memperkenalkan diri sebagai Jet mutakhir yang cukup canggih di kelasnya.

Dalam rangka promosi untuk mencari pembeli, pesawat canggih ini menawarkan joy flight untuk para calon pembeli nya...

Dengan pilot yang sangat berpengalaman pesawat canggih ini terbang menjelajahi langit Indonesia.

Kedua sahabat kami, mas Dody Aviantara dan Didik Nur Yusuf ada di Halim dalam rangka tugas.

Banyak cerita yang kami dapat di kantor yang jadi semacam firasat atas kepergian keduanya.

Mas Didik yang sudah tidak lagi mau terbang tiba - tiba memutuskan untuk ikut joy flight di hari itu. Mas Dodik yang jarang mau turun langsung ke lapangan hari itu berangkat ke Halim untuk meliput.

Walaupun kami yakin semua urusan manusia ada di tangan ALLAH tapi rasanya masih sulit melupakan peristiwa menyedihkan itu.

Penerbangan awal semua baik baik saja. Namun tidak begitu dengan penerbangan kedua...

Saat kedua sahabat kami ikut didalam penerbangan kedua, dua orang terbaik Majalah Angkasa itu Terbang Tinggi dan Menjelajah. Jauh keharibaan sang Pencipta.

Gunung Salak dan Sukhoi Superjet 100 menerbangkan keduanya jauh ke Angkasa luas..

Tentu saja kami sangat kehilangan.

Namun kami yakini itu sebagai bentuk kasih sayang ALLAH kepada keduanya.

Al Fatihah teriring untuk kalian berdua...

Jihad!!
Ya, kalian Mujahid InsyaALLAH.
Berpulang saat sedang menjalankan tugas. Mujahid sejati...

Semoga Syurga menjadi tempat kembali bagi keduanya

Aamiiin

**rasa perih atas cara kepergian kedua sahabat kami ini yang sering membuat hati kembali terluka saat beberapa dari teman2 bercanda soal tragedi sukhoi di gunung Salak. Walaupun niatnya hanya sekedar becanda namun bagi kami yang dekat dengan Kang Ucup dan mas Dodik merasa seperti kembali di ingatkan akan kejadian tragis itu. Jadi tolong hormati kedua sahabat kami.

Kamis, 08 Mei 2014

Kisah lucu presiden Soekarno dan para pengawalnya



Pasukan pengamanan presiden (Paspampres) baru saja membentuk grup D yang tugasnya untuk pengamanan fisik jarak dekat terhadap mantan presiden dan wakil presiden beserta keluarga. Grup D tersebut terdiri dari 257 personel yang akan dibagi menjadi beberapa tim.

Sebelumnya sudah ada Grup A untuk pengamanan Presiden dan keluarga. Grup B, pengamanan wakil presiden beserta keluarga dan Grup C untuk pengamanan tamu negara.

Presiden di setiap negara punya pasukan pengawal. Biasanya diambil dari para personel angkatan bersenjata atau kepolisian yang punya prestasi baik.

Begitu juga presiden Soekarno yang punya pasukan pengawal Tjakrabirawa. Pasukan elite ini dibentuk 6 Juni 1962, tepat di hari ulang tahun Bung Karno ke-61. Tjakrabirawa dibentuk khusus untuk mengawal keselamatan Soekarno dan keluarganya.

Berikut cerita lucu Soekarno dengan para pengawalnya.

1.Tak bisa blusukan gara-gara pengawal

Presiden Soekarno dikenal gemar keluar istana diam-diam. Dia kerap menyamar sebagai rakyat biasa dan blusukan ke pasar atau tempat lain untuk mengetahui langsung situasi di lapangan.
Awalnya Soekarno leluasa menjalankan aksi blusukan itu. Maklum pengawalnya cuma belasan polisi istimewa.

"Dulu aku biasa keluar istana diam-diam seorang diri. Namun sejak ada Tjakrabirawa, hal itu tak mungkin lagi dilakukan," kata Soekarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.
Namun tetap saja Soekarno membandel, dan mencoba menyelinap keluar istana. Keesokan harinya, ada nota yang dikirimkan para pengawal setia itu. Isinya penuh hormat tapi tegas.

"Bapak yang tercinta, kami bertanggung jawab atas keselamatan Bapak. Karena itu kami mohon dengan sangat agar Bapak tidak lagi diam-diam menyelinap keluar. (tanda tangan) para pengawal Bapak," ujar Soekarno membacakan nota itu dengan jenaka.

2.Soekarno bisa menang Pemilu di Italia

Mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel Purn Maulwi Saelan menuturkan mengawal Soekarno memang penuh dengan kejutan. Hubungan Soekarno dan para pengawal memang sangat dekat karena pribadi Soekarno yang egaliter.Saelan masih mengingat saat mengawal Soekarno ke Italia. Saat itu rombongan sedang melintas di sebuah pantai. Tiba-tiba Soekarno secara mendadak memerintahkan seluruh rombongan berhenti.

"Ternyata Bung Karno ingin makan es krim di sebuah restoran. Maka kita semua berhenti untuk makan es krim. Semua duduk bersama di satu meja," kata Saelan kepada merdeka.com.

Menurut Saelan, semua orang di restoran itu ramai menyambut Bung Karno. "Ada yang bilang kalau Bung Karno ikut Pemilu di Italia pasti menang," kata Saelan sambil tertawa.

3.Egaliter

Mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel (Purn) Maulwi Saelan yang ditemui menjelaskan Soekarno sangat dekat dengan para pengawalnya. Soekarno hapal dengan anggota Tjakrabirawa yang biasa bertugas di sampingnya.Soekarno pun tak segan-segan mengakui kalau pendapatnya salah. Dia tak malu kalah berdebat dengan anak buah.

"Bung Karno itu sangat egaliter. Saya pernah berdebat dengannya, sampai mukanya merah padam karena marah. Beliau lalu masuk kamar. Beberapa saat kemudian beliau panggil saya. Saya tegang, wah mau dipecat saya, pikir saya. Ternyata Bung Karno bilang, Saelan, kamu yang benar. Luar biasa beliau mau mengakui dirinya salah, padahal berdebat dengan bawahan," puji Saelan.

4.Sabotase istri presiden

Akibat Presiden Soekarno punya banyak istri, para pengawal dan ajudan pun jadi punya tugas tambahan. Ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan semua kerepotan ini.

"Kami para ajudannya harus membantu dan mengamankan setiap timbul persoalan. Kalau perlu harus berbohong, apabila ibu yang satu bertanya apakah Bung Karno bertemu dengan ibu yang lainnya," kata Bambang Widjanarko dalam buku 'Sewindu Dekat Bung Karno' terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.

Jika Soekarno bertanya "Apakah aku sudah rapi?" Maka 'rapi' itu artinya bersih dari bekas lipstik, dan wangi parfum salah satu istrinya. Ajudan pun harus ektra teliti memeriksa. Jika ada bekas parfum misalnya, maka Soekarno akan pulang dulu ke Istana Negara untuk mandi dan berganti pakaian.

Pernah suatu saat, Haryati, mendengar Soekarno sedang menemui istrinya yang lain. Dia pun marah dan hendak menyusul ke tempat acara. Soekarno yang mendapat laporan, memerintahkan bagaimana dan apapun caranya, Haryati tak boleh meninggalkan Slipi.

Maka 'operasi sabotase' itu digelar. Awalnya sopir Haryati berpura-pura mobilnya mogok. Haryati yang murka meminta agar dikirim mobil dari Istana. Tapi berjam-jam mobil itu tidak juga datang. Saat sopir sudah berhasil menyalakan mobil yang tadi mogok, sebuah truk tiba-tiba mogok di depan rumahnya. Mobil Haryati pun tidak bisa keluar dari garasi. Misi sabotase ini sukses.

5.Pengawal ingin cerutu

Soekarno berkawan akrab dengan Fidel Castro dan Che Guevara. Dia pun pernah melawat ke Kuba. Ada cerita menarik, rombongan kepresidenan sempat berhenti hanya karena petugas polisi Kuba yang memimpin konvoi ingin menghisap cerutu.

Saat itu dalam konvoi Soekarno ada tiga polisi yang memimpin iring-iringan kepresidenan sekaligus membuka jalan. Tiba-tiba polisi pemimpin konvoi menghentikan motornya dan menyuruh konvoi berhenti. Tentu saja semua peserta bertanya-tanya kenapa konvoi berhenti.

Polisi itu lalu mengeluarkan cerutu, dan menghampiri sopir Soekarno. Rupanya dia mau pinjam korek untuk menyalakan cerutu. Setelah menyala, polisi itu lalu memberi hormat pada Soekarno. Dia menaiki motornya dan memimpin konvoi kembali dengan gagah. Sambil menghisap cerutu kuba tentu saja.

"Bung Karno tertawa berderai melihat itu. Rupanya dia cukup paham Kuba masih dalam revolusi," ujar ajudan Soekarno Bambang Widjanarko.