Sabtu, 23 Maret 2013

Sejarah virus Human Immunodeficiency Virus (HIV)


        Sejarah virus Human Immunodeficiency Virus (HIV)     


Hey sobat saya akan membahas tentang virus HIV bagaimana penyebarannya, dan bagaimana virus itu mulai ada ayo coba sobat lihat....

Penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) mulai pada pertengahan hingga akhir 1970-an, tetapi dianggap ada di Afrika selama bertahun-tahun.Di suatu tempat di Kinshasa, Afrika Tengah, seorang pemburu membunuh seekor simpanze. Tanpa sengaja, darah hewan tersebut masuk ke dalam tubuh pemburu, kemungkinan lewat luka di bagian tubuh si pemburu. Darah simpanze ternyata mengandung virus HIV. Virus ini sama sekali tidak berbahaya bagi simpanze, tetapi mematikan bagi manusia. Sejak saat itu, virus terus menyebar.

Kasus pertama diketahui di Afrika tengah tetapi kematian disalahkan pada tuberkulosis dan penyakit lain. Penelitian epidemiologi penyakit HIV dimulai pada 1981 setelah perjangkitan pertama suatu bentuk kanker yang jarang, sarkoma Kaposi, dan pneumonia Pneumocystis carinii di beberapa kota di AS.
Setelah dilakukan penelitian selama setahun, tahun 1982 diketahui penularan HIV/AIDS dibagi dalam tiga model, yaitu : melalui darah, ibu hamil ke anak, dan perilaku seksual. Pada 1982, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), di Atlanta, AS, mendefinisikan sindrom kanker dan penyakit menular sebagai Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS): sebagaimana pengertian tentang gejala lanjutan infeksi HIV muncul dan terjadi perubahan pada diagnosis, definisi AIDS CDC beberapa kali diubah.
Pada 1983, oleh Luc Montagnier dan Francoise Barre-Sinoussi dari Pasteur Institute serta Jay Levy dari UCSF asal Perancis telah menemukan virus yang menyebabkan AIDS, virus tersebut diberi nama LAV (lymphadenopathy-associated virus) yang kemudian setahun kemudian, yaitu tahun 1984, Dr.Robert Gallo asal Amerika Serikat juga menyampaikan virus yang menjadi penyebab AIDS yang dinamakan HTLV-III. Mulai saat itu, para ilmuwan seakan berlomba dengan penyakit ini. Pencarian obat dan vaksin terus dilakukan serta kampanye pencegahan penularan dilakukan besar-besaran. Syukurlah, walaupun belum mampu memberantas penyakit ini, ledakan penularan bisa ditahan. Sampai akhirnya pada tahun 1986, kedua pemimpin Perancis dan Amerika Serikat bersepakat atas nama virus ini, yaitu HIV.
Tes untuk menemukan antibodi pada HIV dikembangkan pada 1984, dan ini memungkinkan penyelidikan epidemiologi pada orang dengan AIDS atau mereka dengan bentuk penyakit HIV dengan atau tanpa gejala. Pengalaman global menunjukkan bahwa kendati geografi dapat melambatkan tibanya HIV, itu tidak bersifat melindungi.

HIV sendiri masuk ke Indonesia didapati pada seorang turis asal Belanda, Edward Hop, 44, yang meninggal di Bali. Akhir 1987 didapati ada 6 orang yang teridentifikasi HIV+ dan dua diantaranya adalah penderita AIDS. Dan sampai akhir 2001 di Indonesia, dari 671 pengidap AIDS, 280 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan catatan UNAIDS memperkirakan jumlah ODHA telah mencapai 40 juta jiwa di seluruh dunia dan 70% nya berada di Afrika. Dan pada tahun 2002 sudah 3,1 juta orang meninggal karena AIDS.
Salah satu kasus baru yang belum banyak diketahui orang lain adalah merebaknya HIV/AIDS dikalangan para petugas kesehatan akibat secara tidak sengaja tersuntik jarum suntik yang biasa digunakan oleh para penderita penyakit yang diidentikkan dengan penyakit seksual ini. Kebanyakan yang terkena adalah para suster yang bertugas untuk menyuntikkan zat anti viral (anti virus) kepada para pasien penderita AIDS. Tetapi entah kenapa, secara tidak sengaja jarum suntik yang biasa digunakan untuk para penderita HIV/AIDS, berbalik menyuntik bagian tubuh mereka. Keadaan dikhawatirkan akan menyebabkan ketakutan di kalangan para petugas kesehatan, terutama bagi mereka yang ditugaskan untuk merawat ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).

 ‘Kecelakaan’ yang tidak disengaja itu akan semakin memperparah kondisi para pasien HIV/AIDS karena akan semakin banyak orang yang tidak peduli kepada mereka. Sementara untuk petugas kesehatan diharapkan mereka bersikap hati-hati dalam bertugas karena pihak rumah sakit tidak menyediakan dana khusus untuk perawatan dan pengobatan mereka

Sobat ayoo berikan komen kalian jika sudah baca

0 comments:

Posting Komentar