Senin, 12 Mei 2014

16 Tahun Tragedi Trisakti


16 Tahun Tragedi Trisakti

 

12 Mei 1998. Abdul Mun'im Idries baru saja tiba di rumahnya malam itu. Tiba-tiba telepon genggamnya berdering. "Dok, bantu kami, dok. Ada korban penembakan..." kata suara di ujung telepon.

Pakar forensik itu belum tahu, beberapa jam sebelumnya, terjadi penembakan terhadap kerumunan mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta. Penembakan dilakukan saat mereka berdemonstrasi meminta Soeharto turun dari jabatan. 4 mahasiswa tewas.

Tapi, Mun'im mengenali suara itu milik Idham Aziz, Kasat Serse Polres Metro Jakarta Barat. "Korban ada di RS Sumber Waras. Dokter datang saja ke pos polisi Terminal Grogol," lanjut Idham seperti diceritakan Mun'im dalam buku Indonesia X-Files: Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno sampai Kematian Munir.

Tanpa mengganti baju, Mun'im itu menuju pos polisi itu. Sesampai di sana, ia diminta menunggu. Sampai pukul 23.00, tak ada kejelasan. Mun'im lalu bilang,"Pak, daripada menunggu tidak jelas, lebih baik saya berangkat ke Sumber Waras sekarang."

Ia dibonceng sepeda motor oleh polisi tak berseragam. Dikawal 2 petugas lain dengan sepeda motor berbeda. Anehnya, petugas yang mengantar memilih untuk melalui jalan tikus. Padahal saat itu jalanan telah sepi dan seharusnya mereka bisa langsung lurus menuju RS Sumber Waras.

"Pak dokter, kita tidak tahu siapa kawan siapa lawan. Ini semua demi keselamatan dokter," ungkap si petugas ketika ditanyakan soal pilihan rutenya.

Sesampai di RS Sumber Waras, Mun'im melakukan pemeriksaan. "Masing-masing mendapat luka tembak pada daerah yang mematikan, bukan untuk mulumpuhkan... Ada di dahi dan tembus ke daerah belakang kepala, ada di daerah leher, di daerah punggung, dan ada yang di daerah dada," tulis Mun'im yang meninggal dunia pada 27 September 2013 itu.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Semua tewas karena peluru tajam.

Demonstrasi dipicu kegoyahan ekonomi Indonesia yang terpengaruh krisis keuangan Asia sepanjang 1997-1999. Banyak perusahaan tutup, PHK terjadi di mana-mana. Rezim Orde Baru menjadi sasaran kemarahan. Mahasiswa turun ke jalan, menuju ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.

Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung DPR/MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihadang blokade polisi dan aparat militer di depan kantor Walikota Jakarta Barat. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan aparat keamanan. Gagal, tetap dilarang ke Senayan. Mereka pun melakukan aksi di Jl. S. Parman itu.

 Tembakan dari Jalan Layang Grogol

Pada pukul 17.15, diputuskan para mahasiswa bergerak mundur, ke arah kampus. Sempat diwarnai sejumlah ketegangan, mahasiswa mulai masuk ke halaman kampus. Tiba-tiba terdengar bunyi tembakan. Beberapa kali. Arahnya dari jembatan layang Grogol. Kepanikan melanda. Ketika tembakan mereda, diketahui 4 mahasiswa meregang nyawa.

Kematian mereka memantik kemarahan yang lebih besar. Keesokan harinya, mahasiswa hendak kembali menggelar demo. Tapi, datang massa tak dikenal melakukan provokasi, merusak dan membakar bangunan. Itulah awal dari kerusuhan massal di Jakarta. Hal serupa juga meledak di berbagai daerah, seperti Solo.

Pada kerusuhan ini banyak toko dan kantor dihancurkan oleh amuk massa—terutama milik warga keturunan Tionghoa. Korban yang jatuh jauh lebih besar, ribuan orang. Inilah awal runtuhnya kekuasaan Soeharto pada 21 Mei 1998.

Tragedi Trisakti hanya berujung pada pengadilan sejumlah aparat Brimob. Masing-masing mereka dihukum 34 bulan penjara. Pangkat paling tinggi di antara mereka adalah Iptu. Tak ada perwira tinggi yang tersentuh.

Usai memeriksa 4 mahasiswa itu, Mun'im bertemu Kapolda Metro Jaya saat itu, Hamami Nata. Kemudian Mun'im menyampaikan hasil autopsi.

"Saya sudah perintahkan kepada semua anak buah saya agar mereka tidak menggunakan peluru tajam. Mereka yang menghadapi pengunjuk rasa hanya dibekali peluru karet atau peluru hampa yang terbatas jumlahnya. Dari mana datangnya peluru ini?" kata Hamami.

Mun'im langsung berpikir bahwa Polda Metro dikerjain. Entah oleh siapa. Panglima ABRI saat itu adalah Jenderal Wiranto. Jakarta merupakan teritori Hamami dan Pangdam Jaya, Mayjen Sjafrie Sjamsuddin.

Sabtu, 10 Mei 2014

Operasi Trikora di Irian Barat




Perang Terbuka Operasi Jaya Wijaya Benar-Benar Terjadi di Irian Barat

 
1. Gagalkan pembentukan Negara Boneka Papua
2. Kibarkan sang merah putih di Irian Barat tanah air Indonesia
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa

Ketiga kalimat diatas merupakan isi yang tertuang dalam Tri Komando Rakyat atau TRIKORA, dicanangkan oleh Presiden Soekarno setelah pidato agung di alun-alun utara Yogyakarta pada 19 Desember 1961 yang dihadiri sekitar 1 juta masa. Trikora digelorakan oleh Bung Karno sebagai jawaban atas sikap Belanda yang masih ingin tetap bercokol di Irian Barat serta tidak mematuhi hasi Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menyatakan bahwa wilayah Republik Indonesia adalah semua bekas wilayah yang dijajah Belanda.
Guna mendukung dan melaksanakan perintah Trikora maka dibentulah Komando mandala yang bermarkas di Ujung Pandang (Makassar), komando ini memilik tugas yang amat kompleks dan berat karena harus mengumpulkan dan mengkoordinasikan seluruh kekuatan Negara dalam waktu yang amat singkat dengan luas wilayah tugas yang mencapai separuh dari seluruh luas Republik. Tugas yang super berat demi terwujudnya Operasi JayaWijaya, sebuah operasi klimaks berupa perang terbuka dalam skala besar terhadap Militer Belanda di Irian Barat.
Mengingat kondisi persenjataan dan keterbatasan personil Angkatan Perang Republik Indonesia yang masih sangat terbatas, ditambah bangsa Indonesia baru saja selesai dari krisis pemberontakan daerah yang memerlukan penanganan secara militer, Kekuatan Ekonomi yang belum stabil serta kendala lainnya membuat Kampanye TRIKORA ini menurut pendapat pribadi terkesan penuh kenekatan nan Heroik. Bagaimana tidak nekat, dalam usia Republik yang masih relativet muda dan baru saja selesai dari aksi pemberontakan, Bangsa Indonesia harus berjuang lagi untuk membebaskan Irian Barat.
Akan tetapi segala permasalahan ini ternyata bukan menjadi halangan di tangan Bung Karno, dengan segala upaya memerintahkan jajarannya untuk meningkatkan kekuatan militer dan yang utama menumpuk Alutsisa modern sebanyak mungkin agar bisa menandingi kekuatan Belanda. Peluang datang dari negeri Stalin, dengan cerdik Bung Karno berhasil membujuk Uni Soviet (Rusia) untuk mau menjual persenjataan canggihnya dengan system Kredit Jangka Panjang meski Bung Karno tahu bahwa dengan kondisi saat itu tidak mungkin bisa melunasinya. “di Kemplang Saja” ujar Bung Karno.


C-130 Hercules AURI (TNI AU) bersiap menerjunkan pasukan TNI di Irian Barat

Sejarah mencatat, Operasi Jaya Wijaya tidak jadi dilaksanakan karena Belanda ternyata memilih cara damai, hasil dari bujukan , Rekomendasi dan tekanan dari Amerika Serikat. Tindakan Amerika ini dilakukan demi menolong sekutu dekatnya setelah mendapat informasi dari Intelejen tentang kondisi kekuatan militer Indonesia. Amerika menggunakan pesawat pengintai khusus U2 Dragon Lady yang mampu berada diketinggian yang sulit dijangkau radar dan pesawat pencegat manapun, U2 melaporkan keberadaan alutsista canggih dari Soviet yang sudah berjejer di Indonesia salah satu yang menakutkan adalah kehadiran pembom strategis TU-16 Badger dan Mig 21 Fishbed. Superioritas Kekuatan Militer Belanda sedikit demi sedikit mulai di imbangi dengan kehadiran persenjataan dari Soviet. Belanda mulai mengurangi kekuatan tempurnya setelah mencium kehadiran Kapal Perang Penjelajah, RI (KRI) Irian.
 
 KRI (RI) Irian kelas Sverdlov eks AL Uni Soviet

Sejatinya, meski Republik Indonesia dihujani berbagai jenis senjata modern dari Soviet sehingga menjadi Negara dengan militer terkuat di Asia Tenggara sesungguhnya tak semuanya berjalan mulus. Kesiapan para personil militer RI yang belum matang karena harus berlatih dalam waktu super singkat dan langsung diterjunkan ke medan perang, dukungan fasilitas dan infrastuktur yang masih terbatas, Koordinasi antar angkatan perang yang belum terjalin baik serta berbagai kekurangan lain yang mewarnai jalannya kampanye Trikora. Sehingga bila Perang Terbuka antara Indonesia dan Belanda Berkorbar belum tentu Angkatan perang RI mampu memenangkan Perang dalam waktu singkat.
Kekuatan militer Belanda kemungkinan lebih siap perang ketimbang Indonesia dan persenjataanya lebih matang meski secara teknologi beberapa alutsistanya kalah jauh dari Indonesia terutama Pesawat Tempur. Untungnya, kekuatan Diplomasi RI berhasil mengembalikan kedaulatan Irian Barat tanpa memakai kekuatan fisik, bahkan dengan cemerlang Indonesia dibawah Bung Karno berhasil “mengelabui” Amerika Serikat dan Uni Soviet dimana dikemudian hari hal ini memicu Amerika untuk segera menumbangkan Bung Karno dengan segala cara sebagai wujud Balas Dendam.

Kekuatan Indonesia Matra Darat, Laut dan Udara kala itu :
1. Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI)
54 Kapal Perang dari berbagai Jenis, 24 Kapal AL, 8 Pesawat Terbang, 1 Brigade KKO AL/Marinir
1 Kapal Penjelajah ringan kelas Sverdlov eks AL Uni Soviet armada Baltik Ordzonikidze, KRI Irian-201.
1 Skuadron pesawat anti kapal selam tipe AS 4 Gannet
12 unit kapal selam kelas Whiskey
24 rudal anti kapal P-15 Termit (Kode Nato : Styx SS-N-2) ditempatkan di Kapal Cepat berpeluru kendali (KCR) kelas Komar sebanyak 12 Kapal.
Total Pasukan : 15.260 personil (5.460 dari AL, 3.300 dari sipil dimiliterisasi, 6.700 KKO AL)
2. Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI)
Satu skuadron Pemburu P-51D Mustang (40 Pesawat), Satu Skuadron Pembom B-25 Mitchel (25 Pesawat) dan Beberapa Pesawat B-26 Invader, Satu Skuadron angkut C-47 Dakota, Satu Skuadron Pengintai darat dengan Pesawat Auster dan L-4J, Beberapa pesawat Amfibi PBY-5A Catalina, Satu Skuadron Jet Latih Tempur DH-115 Vampire.
24 Pesawat Pembom Jarak Jauh Tu-16 Badger (Versi A dan B) beserta rudal anti kapal KS1/AS1 Kennel, 30 MiG-15 UTI, 49 pesawat buru sergap MiG-17 (versi D/PF), 10 MiG-19, 24 Pesawat Interceptor Supersonik MiG-21 , 22 Pembom strategis Il-28 Beagle, 10 Pesawat Angkut berat C-130 Hercules, 6 Pesawat Angkut berat Antonov AN-12B.
Puluhan misil anti serangan udara, S-75 Dvina (SA-2 Guideline), Helikopter MI-4, Helikopter Mi-6
Total personil : ?
3. Angkatan Darat Republik Indonesia
Tidak diketahui
4. Polisi/Brimob/Paramiliter
Tidak diketahui

Kekuatan Kerajaan Belanda (Darat, Laut dan Udara)
1. Angkatan Laut Kerajaan Belanda
1 Kapal Induk Hr. Ms. Karel Doorman yang mengangkut : 12 Hawker Hunter F Mk4, 2 Heli Alloute, 12 Hawker Hunter F Mk6, 2 Radar tipe 15Mk-1V, sejumlah tank, Kanon anti serangan udara dan 820 personil mariner.
11 Kapal dari berbagai Jenis, 1 Skuadron/ 12 Pesawat PsV – 7 Neptune pembom torpedo, 1 skuadron/ 15 pesawat tempur Fairy Firefly dan 1 Skuadron pesawat Amfibi PBY-5A Catalina.
3 Kapal Fregate, 4 Kapal Perang Pemburu, 3 Kapal Selam klas Dolfinj dan Zeeleeuw.
Total Pasukan : 35.000 personil dan 1400 Marinir.
2. Angkatan Darat Kerajaan Belanda
Berbagai Jenis kendaraan tempur dan meriam
Personil : 12.000, 1 Detasemen Korps Commando Troepen 50 bermarkas di Biak.
3. Angkatan Udara Kerajaan Belanda
1 Skuadron pesawat tempur Hunter FGA bermarkas di Biak, 1 Skuadron Transport dengan kekuatan 4 – 6 Pesawat DC-3 dan helicopter.
4. Polisi Belanda
960 personil Paramiliter dibawah Komando perwira Belanda dan 900 Personil recruitmen local.
Skenario Jalannya Perang
Bila Operasi Jaya Wijaya benar-benar terjadi, hasilnya adalah Perang habis-habisan. Perang terbuka yang bakal menyedot seluruh kekuatan Nasional di kedua belah pihak. Angkatan laut Indonesia dan Belanda dengan berbagai jenis kapal perang saling adu tembak, laut Indonesia Timur dipastikan meriah dan berdarah-darah. Ketahanan mental dan fisik sangat teruji, siapa yang memilik strategi dan taktik paling cemerlanglah yang berpotensi memenangkan pertempuran. Disektor bawah laut, kehadiran kapal-kapal selam RI mampu memberikan mimpi buruk bagi kapal-kapal perang Belanda, dengan begitu intensitas serangan laut Belanda bisa ditekan serta diturunkan berkat serangan menakutkan dari torpedo-torpedo kapal selam.
 
 
Kapal selam ALRI (TNI AL) kelas Whiskey



Dibarisan pasukan yang mendarat dibibir pantai bakal menemui hadangan pertahanan pantai pasukan belanda, diperkiraan kondisi akan seperti pertempuran pasukan sekutu vs Jerman Nazi di Normandia.
Pasukan Lintas Udara selain harus menghadapi kondisi alam yang masih ganas, persiapan pasukan belanda untuk menghadang droping pasukan dari udara adalah tantangan besar yang harus dihadapi dengan taruhan nyawa. Infiltrasi yang dilakukan Pasukan darat ,Paramiliter dan sukarelawan juga akan menghadapi serangan pertahanan pasukan belanda dan sukarelawannya. Pasokan Logistik yang lancar menjadi salah satu pilar pendukung keberhasilan misi bagi para pasukan yang berada didarat, bila perang terjadi kemungkinan pasukan infiltran ini akan dapat mengganggu pasukan belanda dari pintu belakang meski jatuh korban di kedua pihak tak mungkin dihindari.
Titik cerah berada di pundak Angkatan udara yang memiliki armada pesawat lebih modern ketimbang milik Belanda, selain telah memberikan efek kejut dan Deteren bagi Pasukan Belanda, diperkirakan kekuatan Udara RI berhasil menerobos dan memporakporandakan wilayah Udara Belanda di Irian. Kapal Induk Karel Doorman bakal menjadi sasaran empuk armada bomber Tu-16, jika Karel Doorman Tenggelam, pasukan RI hanya selangkah lagi menuju kemenangan mutlak atau bahkan mampu membuat belanda menyerah, Di sektor udara kekuatan udara RI lebih diunggulkan meraih kemenangan telak.


Tu-16 AURI (TNI AU) dengan senjata maut rudal AS-1 Kennel

Dua kekuatan yang sebenarnya nyaris seimbang ini akan saling adu jotos sama kuat, korban di kedua pihak diproyeksikan bernasib imbang, Apalagi di pihak Indonesia dimana koordinasi antara ketiga matra angkatan : Darat, Laut Udara belum terlalu sinkron, terbukti difase infiltrasi muncul berbagai kendala teknis dan non teknis. Harap dimaklumi, persiapan operasi Jaya Wijaya dilaksanakan dalam waktu yang mepet ,diburu deadline oleh Bung Karno dan lagi merupakan operasi gabungan raksasa yang melibatkan semua kekuatan negara jelas memerlukan waktu pematangan yang tak singkat. Namun ibalik segala kekurangan yang ada, secara moral, semangat dan dukungan dunia internasional, pasukan Indonesia berada diatas Belanda.
Akhir Perang
Meski penuh perjuangan, bisa dipastikan bahwa Operasi Jaya Wijaya berhasil mengalahkan kekuatan Belanda meskipun harus dibayar dengan harga mahal. Diperkirakan, akibat perang terbuka ini banyak korban berjatuhan, kekuatan nasional terkuras mendekati titik nol. Disisi Belanda pun diperkirakan bernasib sama, Negeri Belanda yang belum tuntas membangun kekuatan pasca Perang Dunia II bisa jatuh bangkrut bila terus memaksakan berperang dengan Indonesia, disisi lain kecaman dan tekanan dari dunia Internasional yang lebih mendukung Indonesia bakal tertuju ke Belanda. Jumlah Persenjataan, Tentara, dan relawan Indonesia berkurang drastis, banyak yang menjadi korban kemenangan Operasi Jaya Wijaya. Bahkan Panglima mandala, Mayjen Soeharto berujar : “Tugas kalian cukup berat. Saya perkirakan sekitar 60% dari kalian tidak akan kembali dan hanya 40% bisa selamat….” (Panglima Mandala, Mayjen Soeharto, dalam taklimat Pasukan Naga, Operasi Trikora, 23 Juni 1962)
Kini era 1960-an merupakan sebuah kenangan paling indah dalam dunia militer tanah air, Di era inilah khususnya AURI dan ALRI tumbuh berkembang menjadi sebuah kekuatan militer di udara dan laut paling canggih dan menakutkan di belahan bumi selatan. Bagi Angkatan Udara, kehadiran pesawat pesawat buatan Uni Soviet seperti MiG-21 Fishbed dan TU-16 Badger bila disamakan dengan era sekarang mungkin sepadan dengan TNI AU mengoperasikan F-35 Lightning II dan B-2 Spirit, tak salah bila di era ini AURI layak disebut sebagai salah satu kekuatan udara paling elite di dunia, sejajar dengan Soviet, Inggris dan Amerika karena hanya 4 negara inilah yang memakai pembom strategis saat itu
 
MiG-21 Fishbed AURI (TNI AU)

Sayang ketangguhan MiG-21 dan Tu-16 yang dimaksudkan untuk memukul belanda urung di wujudkan, terutama Pembom Tu-16 yang terpaksa gagal menyerang target favoritnya, kapal induk Belanda Karel Doorman dengan senjata maut rudal AS-1 Kennel, bayangkan saat itu semua alutsista canggih AURI menggembur pasukan Belanda di Irian, Sebuah ajang battle proven senjata-senjata mutakhir akan tercatat dalam balutan sejarah yang luar biasa.


link video nya:

http://www.youtube.com/watch?v=VH9NNiTIBuM

Jumat, 09 Mei 2014

Mengenang Tragedi 2 Tahunnya Sukhoi Superjet 100

Terbang dan Menjelajah

Melihat profile pesawat ini pasti kita sudah tidak asing lagi. Ini adalah Sukhoi Superjet 100 yang dua tahun lalu tepatnya tanggal 9 Mei datang ke Indonesia untuk memperkenalkan diri sebagai Jet mutakhir yang cukup canggih di kelasnya.

Dalam rangka promosi untuk mencari pembeli, pesawat canggih ini menawarkan joy flight untuk para calon pembeli nya...

Dengan pilot yang sangat berpengalaman pesawat canggih ini terbang menjelajahi langit Indonesia.

Kedua sahabat kami, mas Dody Aviantara dan Didik Nur Yusuf ada di Halim dalam rangka tugas.

Banyak cerita yang kami dapat di kantor yang jadi semacam firasat atas kepergian keduanya.

Mas Didik yang sudah tidak lagi mau terbang tiba - tiba memutuskan untuk ikut joy flight di hari itu. Mas Dodik yang jarang mau turun langsung ke lapangan hari itu berangkat ke Halim untuk meliput.

Walaupun kami yakin semua urusan manusia ada di tangan ALLAH tapi rasanya masih sulit melupakan peristiwa menyedihkan itu.

Penerbangan awal semua baik baik saja. Namun tidak begitu dengan penerbangan kedua...

Saat kedua sahabat kami ikut didalam penerbangan kedua, dua orang terbaik Majalah Angkasa itu Terbang Tinggi dan Menjelajah. Jauh keharibaan sang Pencipta.

Gunung Salak dan Sukhoi Superjet 100 menerbangkan keduanya jauh ke Angkasa luas..

Tentu saja kami sangat kehilangan.

Namun kami yakini itu sebagai bentuk kasih sayang ALLAH kepada keduanya.

Al Fatihah teriring untuk kalian berdua...

Jihad!!
Ya, kalian Mujahid InsyaALLAH.
Berpulang saat sedang menjalankan tugas. Mujahid sejati...

Semoga Syurga menjadi tempat kembali bagi keduanya

Aamiiin

**rasa perih atas cara kepergian kedua sahabat kami ini yang sering membuat hati kembali terluka saat beberapa dari teman2 bercanda soal tragedi sukhoi di gunung Salak. Walaupun niatnya hanya sekedar becanda namun bagi kami yang dekat dengan Kang Ucup dan mas Dodik merasa seperti kembali di ingatkan akan kejadian tragis itu. Jadi tolong hormati kedua sahabat kami.

Kamis, 08 Mei 2014

Kisah lucu presiden Soekarno dan para pengawalnya



Pasukan pengamanan presiden (Paspampres) baru saja membentuk grup D yang tugasnya untuk pengamanan fisik jarak dekat terhadap mantan presiden dan wakil presiden beserta keluarga. Grup D tersebut terdiri dari 257 personel yang akan dibagi menjadi beberapa tim.

Sebelumnya sudah ada Grup A untuk pengamanan Presiden dan keluarga. Grup B, pengamanan wakil presiden beserta keluarga dan Grup C untuk pengamanan tamu negara.

Presiden di setiap negara punya pasukan pengawal. Biasanya diambil dari para personel angkatan bersenjata atau kepolisian yang punya prestasi baik.

Begitu juga presiden Soekarno yang punya pasukan pengawal Tjakrabirawa. Pasukan elite ini dibentuk 6 Juni 1962, tepat di hari ulang tahun Bung Karno ke-61. Tjakrabirawa dibentuk khusus untuk mengawal keselamatan Soekarno dan keluarganya.

Berikut cerita lucu Soekarno dengan para pengawalnya.

1.Tak bisa blusukan gara-gara pengawal

Presiden Soekarno dikenal gemar keluar istana diam-diam. Dia kerap menyamar sebagai rakyat biasa dan blusukan ke pasar atau tempat lain untuk mengetahui langsung situasi di lapangan.
Awalnya Soekarno leluasa menjalankan aksi blusukan itu. Maklum pengawalnya cuma belasan polisi istimewa.

"Dulu aku biasa keluar istana diam-diam seorang diri. Namun sejak ada Tjakrabirawa, hal itu tak mungkin lagi dilakukan," kata Soekarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.
Namun tetap saja Soekarno membandel, dan mencoba menyelinap keluar istana. Keesokan harinya, ada nota yang dikirimkan para pengawal setia itu. Isinya penuh hormat tapi tegas.

"Bapak yang tercinta, kami bertanggung jawab atas keselamatan Bapak. Karena itu kami mohon dengan sangat agar Bapak tidak lagi diam-diam menyelinap keluar. (tanda tangan) para pengawal Bapak," ujar Soekarno membacakan nota itu dengan jenaka.

2.Soekarno bisa menang Pemilu di Italia

Mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel Purn Maulwi Saelan menuturkan mengawal Soekarno memang penuh dengan kejutan. Hubungan Soekarno dan para pengawal memang sangat dekat karena pribadi Soekarno yang egaliter.Saelan masih mengingat saat mengawal Soekarno ke Italia. Saat itu rombongan sedang melintas di sebuah pantai. Tiba-tiba Soekarno secara mendadak memerintahkan seluruh rombongan berhenti.

"Ternyata Bung Karno ingin makan es krim di sebuah restoran. Maka kita semua berhenti untuk makan es krim. Semua duduk bersama di satu meja," kata Saelan kepada merdeka.com.

Menurut Saelan, semua orang di restoran itu ramai menyambut Bung Karno. "Ada yang bilang kalau Bung Karno ikut Pemilu di Italia pasti menang," kata Saelan sambil tertawa.

3.Egaliter

Mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel (Purn) Maulwi Saelan yang ditemui menjelaskan Soekarno sangat dekat dengan para pengawalnya. Soekarno hapal dengan anggota Tjakrabirawa yang biasa bertugas di sampingnya.Soekarno pun tak segan-segan mengakui kalau pendapatnya salah. Dia tak malu kalah berdebat dengan anak buah.

"Bung Karno itu sangat egaliter. Saya pernah berdebat dengannya, sampai mukanya merah padam karena marah. Beliau lalu masuk kamar. Beberapa saat kemudian beliau panggil saya. Saya tegang, wah mau dipecat saya, pikir saya. Ternyata Bung Karno bilang, Saelan, kamu yang benar. Luar biasa beliau mau mengakui dirinya salah, padahal berdebat dengan bawahan," puji Saelan.

4.Sabotase istri presiden

Akibat Presiden Soekarno punya banyak istri, para pengawal dan ajudan pun jadi punya tugas tambahan. Ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan semua kerepotan ini.

"Kami para ajudannya harus membantu dan mengamankan setiap timbul persoalan. Kalau perlu harus berbohong, apabila ibu yang satu bertanya apakah Bung Karno bertemu dengan ibu yang lainnya," kata Bambang Widjanarko dalam buku 'Sewindu Dekat Bung Karno' terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.

Jika Soekarno bertanya "Apakah aku sudah rapi?" Maka 'rapi' itu artinya bersih dari bekas lipstik, dan wangi parfum salah satu istrinya. Ajudan pun harus ektra teliti memeriksa. Jika ada bekas parfum misalnya, maka Soekarno akan pulang dulu ke Istana Negara untuk mandi dan berganti pakaian.

Pernah suatu saat, Haryati, mendengar Soekarno sedang menemui istrinya yang lain. Dia pun marah dan hendak menyusul ke tempat acara. Soekarno yang mendapat laporan, memerintahkan bagaimana dan apapun caranya, Haryati tak boleh meninggalkan Slipi.

Maka 'operasi sabotase' itu digelar. Awalnya sopir Haryati berpura-pura mobilnya mogok. Haryati yang murka meminta agar dikirim mobil dari Istana. Tapi berjam-jam mobil itu tidak juga datang. Saat sopir sudah berhasil menyalakan mobil yang tadi mogok, sebuah truk tiba-tiba mogok di depan rumahnya. Mobil Haryati pun tidak bisa keluar dari garasi. Misi sabotase ini sukses.

5.Pengawal ingin cerutu

Soekarno berkawan akrab dengan Fidel Castro dan Che Guevara. Dia pun pernah melawat ke Kuba. Ada cerita menarik, rombongan kepresidenan sempat berhenti hanya karena petugas polisi Kuba yang memimpin konvoi ingin menghisap cerutu.

Saat itu dalam konvoi Soekarno ada tiga polisi yang memimpin iring-iringan kepresidenan sekaligus membuka jalan. Tiba-tiba polisi pemimpin konvoi menghentikan motornya dan menyuruh konvoi berhenti. Tentu saja semua peserta bertanya-tanya kenapa konvoi berhenti.

Polisi itu lalu mengeluarkan cerutu, dan menghampiri sopir Soekarno. Rupanya dia mau pinjam korek untuk menyalakan cerutu. Setelah menyala, polisi itu lalu memberi hormat pada Soekarno. Dia menaiki motornya dan memimpin konvoi kembali dengan gagah. Sambil menghisap cerutu kuba tentu saja.

"Bung Karno tertawa berderai melihat itu. Rupanya dia cukup paham Kuba masih dalam revolusi," ujar ajudan Soekarno Bambang Widjanarko.


Alasan Soekarno dekat dengan PKI menurut sejarawan



Ini alasan Soekarno dekat dengan PKI menurut sejarawan Peter Kasenda melanjutkan kecintaannya dengan Soekarno lewat buku ketiga berjudul 'Soekarno, Marxisme dan Leninisme,'. Buku terbitan Komunitas Bambu ini merupakan kumpulan karya Peter selama lebih dari 5 tahun.

Di buku ini pembaca diajak untuk melihat dalamnya pemikiran Soekarno dari paham-paham kiri seperti Marxisme dan Leninisme yang dia tuangkan lewat pemikiran marhaenisme dan proletar.

"Kaitan Soekarno dengan PKI kenapa Soekarno melindungi PKI. Bukan karena ia ingin berhadapan dengan TNI tapi karena dia selalu terpukau Leninisme dan Marxisme walaupun Soekarno bukan PKI," kata sejarawan sekaligus penulis buku Peter Kasenda dalam bedah bukunya di Freedom Institute, Jakarta, Rabu (23/4).

Selain menggambarkan ke'kiri'an Soekarno , Peter juga bercerita bagaimana kukuhnya PKI di tiga peristiwa yang menonjol di era Soekarno .

"Saya juga menggambarkan 3 peristiwa 1942 yang terjadi di Batavia dan Padang, peristiwa Madiun tahun 1948, dan tahun 1965. Ternyata ada hal menarik. Peristiwa itu tidak direncanakan dengan baik," lanjut dia.

Di akhir buku, Peter merekomendasikan dan beragumen soal rekonsiliasi yang harus digagas pemerintah untuk meluruskan sejarah dan berdamai dengan masa lalu

Senin, 21 April 2014

Begini Cara Kami Hancurkan Sukarno


Begini Cara Kami Hancurkan Sukarno

   

    Pada musim gugur 1965, Norman Reddaway (George Frank Norman Reddaway) seorang yang terpelajar dengan karir yang bagus di Kantor Luar Negeri Inggris, mendapat brifing untuk suatu misi khusus.Duta Besar Inggris untuk Indonesia saat itu, Sir Andrew Gilchrist, baru saja mengunjungi London untuk berdiskusi dengan Kepala Dinas Luar Negeri, Joe Garner.

    Diskusi itu mengenai Operasi Rahasia (Covert Operations) untuk melemahkan Sukarno, Presiden Indonesia yang merepotkan dan berpikiran mandiri, ternyata tidak berjalan dengan baik. Lalu, Garner dibujuk untuk mengirim Reddaway, pakar propaganda FO, untuk Indonesia.

    Tugasnya:
 “Untuk mengambil hati anti-Sukarno dalam “Operasi Propaganda” yang dijalankan oleh Kementerian Luar Negeri Inggris dan Dinas Rahasia M16. Garner memberikan Reddaway £100.000 poundsterling tunai “untuk melakukan apapun yang saya bisa lakukan untuk menyingkirkan Sukarno”, katanya.
Kemudian Reddaway bergabung dengan “sebuah tim yang terdiri dari kelompok campuran” dari Kementerian Luar Negeri Inggris, M16, Departemen Luar Negeri dan CIA di Timur Jauh (Asia Timur), semua berjuang untuk menggulingkan Sukarno dalam difus dan cara-cara licik.Selama enam bulan ke depan, ia dan rekan-rekannya akan menjalankan misi menjauhkan dan meretakkan teman dan kerabat yang bersekutu di rezim Sukarno, merusak reputasinya dan membantu musuh-musuhnya di militer.

    norman-reddaway-george-frank-norman-reddaway1.jpg

    Pada bulan Maret 1966 basis kekuatan Sukarno mulai compang-camping dan ia dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepresidenan kepada Jenderal Suharto, sebagai panglima militer, yang sudah menjalankan kampanye dengan pembunuhan massal terhadap dugaan komunisme.

    Menurut Reddaway, penggulingan Sukarno adalah salah satu “kudeta dan misi paling sukses” yang dilakukan oleh Kantor Luar Negeri Inggris yang telah mereka dirahasiakan sampai sekarang.

    Intervensi Inggris di Indonesia, disamping operasi CIA yang “gratis”, menunjukkan seberapa jauh Kementerian Luar Negeri siap untuk melakukan operasi rahasianya dalam mencampuri urusan negara lain selama Perang Dingin.

    Indonesia sangat penting baik secara ekonomi dan strategis. Pada tahun 1952, AS mencatat bahwa jika Indonesia jauh dari pengaruh Barat, maka negara tetangganya seperti Malaya mungkin akan mengikuti, dan mengakibatkan hilangnya “sumber utama dunia karet alam, timah dan produsen minyak serta komoditas lainnya yang sangat strategis dan penting”.

    Ketika terjadi penjajahan oleh Jepang saat Perang Dunia Kedua di Indonesia, yang bagi orang Indonesia bahwa ini adalah sebuah periode lain yang dilakukan oleh pemerintahan kolonial, telah direvitalisasi gerakan nasionalis yang setelah perang, menyatakan kemerdekaan dan berkuasanya Republik Indonesia.

    Ahmad Sukarno menjadi presiden pertama Indonesia. Kekhawatiran Barat tentang rezim Sukarno tumbuh karena kekuatan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pada puncaknya beranggotakan lebih dari 10 juta, ini adalah partai komunis terbesar di luar negara komunis (non-komunis) di dunia.

    Kekhawatiran dunia barat tidak dapat disembuhkan oleh kebijakan internal dan eksternal Sukarno, termasuk nasionalisasi aset Dunia Barat dan peran pemerintah untuk PKI.

    Pada era awal Sukarno di tahun 60-an, masa ini telah menjadi duri besar bagi Inggris dan Amerika. Mereka percaya ada bahaya nyata bahwa Indonesia akan jatuh ke komunis. Untuk menyeimbangkan kekuatan ketentaraan yang tumbuh, Sukarno menyelaraskan dirinya lebih dekat dengan PKI.

 
    Sukarno memberi hormat kepada pasukan RPKAD, diikuti persis dibelakangnya oleh Suharto.

    Indikasi pertama dari ketertarikan Inggris dalam menghilangkan Sukarno muncul dalam sebuah memorandum CIA dari tahun 1962. Perdana Menteri Macmillan dan Presiden Kennedy setuju untuk “melikuidasi Presiden Sukarno, tergantung pada situasi dan kesempatan yang tersedia”.

    Permusuhan terhadap Sukarno diintensifkan oleh keberatan Indonesia atas keberadaan “Federasi Malaysia”. Sukarno mengeluhkan proyek ini sebagai “plot neo-kolonial” yang menunjukkan bahwa Federasi adalah proyek Barat untuk mengekspansi tanah raja-raja Malon dengan cara mencomot wilayah pulau Kalimantan dan penerusan pengaruh Inggris di wilayah tersebut.

    Tercatat dalam sejarah sebelum terjadi penjajahan di wilayah Asia Tenggara oleh Inggris, Belanda, Portugis dan negara imrelialis lainnya, Nusantara jauh lebih besar. Kini terkotak-kotak dan terpisah sesuai dengan “bagi-bagi kue” diantara negara imperialis tersebut.


    Niat Sukarno ingin menyatukan kembali raja-raja yang dulunya bersatu padum kembali berjaya dalam Republik Indonesia Raya (Greater Indonesia) atau Melayu Raya

    Pada tahun 1963 keberatan Sukarno mengkristal dalam kebijakan tentang “Konfrontasi Indonesia-Malon” yaitu sebuah kebijaksanaan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan pihak Malon yang dianggap pro-imperialis, dan segera ditambah dengan intervensi militer tingkat rendah oleh Indonesia.

    Sebuah perang perbatasan yang berlarut-larut dimulai sepanjang 700 mil di perbatasan antara Indonesia dan Malon di pulau Kalimantan dan pihak Malon sempat kewalahan, lalu pihak mereka akhirnya dibantu oleh Inggris dan juga dibantu Australia.


    Pasukan Australia membantu Malay – Australian infantry, gunners, and members of the Special Air Service Regiment (SAS) saw action in Borneo during the Malaysian-Indonesian Confrontation – Soldiers of the 3rd Battalion, the Royal Australian Regiment (3 RAR) boarding a British Belvedere helicopter in Sarawak, North Borneo. The men are about to be taken to a setting-off point for a patrol. The mobility and tactical flexibility provided by helicopters such as the distinctive tandem-engined Belvedere was an important feature of the Commonwealth campaign in Borneo. [AWM P01706.003] (se-asia.commemoration.gov.au)

    Sukarno tak rela, saudara-saudara mereka (suku Dayak dan suku lainnya di Kalimantan) yang tinggal di satu pulau, ternyata dibagi menjadi dua bagian, mereka sejatinya adalah satu, satu saudara, dan tak boleh dipisahkan.

    Dan sebenarnya memang begitulah yang terbaik bagi mereka untuk menjadi satu, namun karena ada “tangan Inggris” di sana pada saat menjajah, maka pulau yang terdiri dari para raja-raja Kalimantan tersebut justru dibagi menjadi dua bagian.

    Dua bagian itu adalah utara dan selatan, yang bagian utara menjadi Kalimantan Utara (bekas jajahan Inggris dan menjadi negara caplokan boneka Malon, karena di dukung Inggris) dan wilayah Kalimantan Selatan (bekas jajahan Belanda dan tetap menjadi Indonesia).Jadi secara otomatis mental para raja-raja Malon adalah memang bukan pejuang dan merupakan kaki-tangan Imperialis Inggris sejak dulu hingga kini.

    Menurut sumber-sumber Kementerian Luar Negeri Inggris, keputusan untuk menyingkirkan Sukarno telah diambil oleh pemerintah Konservatif Macmillan dan dilakukan selama pemerintahan partai buruh oleh Wilson pada tahun 1964. Kementerian Luar Negeri Inggris telah bekerja sama dengan rekan-rekan Amerika mereka pada sebuah “rencana untuk menggulingkan Sukarno” yang masih bergolak.Maka dibuatlah sebuah operasi rahasia dan strategi “perang psikologis” yang menghasut, berbasis di Phoenix Park, di Singapura, markas Inggris di kawasan itu.


    Konfrontasi Indonesia-Malon 1963-1966 (garudada.blogspot)

    Tim intelijen M16 Inggris melakukan hubungan dekat secara terus-menerus dengan elemen kunci dalam ketentaraan Indonesia melalui Kedutaan Besar Inggris. Salah satunya adalah Ali Murtopo, kemudian kepala intelijen Jenderal Suharto, dan petugas M16 juga secara terus-menerus melakukan perjalanan bolak-balik antara Singapura dan Jakarta.

    Ali Murtopo berperan besar dalam melakukan modernisasi intelejen Indonesia. Ia terlibat dalam operasi-operasi intelejen dengan nama Operasi Khusus (Opsus) yang terutama ditujukan untuk memberangus lawan-lawan politik pemerintahan Soeharto.


    Ali Moertopo

    Pada tahun 1968, Ali menggagas peleburan partai-partai politik, yang saat itu sangat banyak jumlahnya, menjadi beberapa partai saja agar lebih mudah dikendalikan.Hal ini kemudian terwujud pada tahun 1973 sewaktu semua partai melebur menjadi tiga partai: Golkar, PPP (penggabungan partai-partai berbasis Islam), dan PDI (penggabungan partai-partai berbasis nasionalis).

    Pada tahun 1971, bersama Soedjono Hoemardhani, asisten pribadi Soeharto, ia merintis pendirian CSIS (Centre for Strategic and International Studies) yang merupakan lembaga penelitian kebijakan pemerintahan.Pada tahun 1972, ia menerbitkan tulisan “Dasar-dasar Pemikiran tentang Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun” yang selanjutnya diterima MPR sebagai strategi pembangunan jangka panjang (PJP).

    Dengan adanya rencana ini, berarti pemerintahan baru Indonesia dibawah Suharto adalah sebuah rezim terencana, yang telah merencanakan kepemimpinan selama 25 tahun ke depan!

    Informasi Departemen Riset Kantor Luar Negeri Inggris (The Foreign Office’s Information Research Department atau IRD) juga bekerja dari Phoenix Park, Singapura guna memperkuat kerja intelijen M16 dan ahli perang “psikologis militer”.IRD didirikan oleh pemerintah Partai Buruh di Inggris pada tahun 1948 untuk melakukan “perang propaganda anti-komunis” melawan Soviet.

    Tetapi dengan cepat justru IRD menjadi andalan dalam berbagai operasi gerakan anti-kemerdekaan dalam usaha penurunan kolonial dan imperialisme oleh Kerajaan Inggris (British Empire) oleh negara-negara yang sedang dijajah, termasuk di utara pulau Kalimantan yang masih dipertahankan oleh Inggris melalui Malaysia, hingga kini.

    Pada tahun 60-an, IRD memiliki staf di London sekitar 400 orang dan staf informasi yang berada di seluruh dunia guna mempengaruhi liputan media yang menguntungkan pihak Inggris.

    Menurut Roland Challis, koresponden BBC pada saat di Singapura, wartawan terbuka bagi manipulasi IRD, karena ironisnya kebijakan Sukarno sendiri:

    “Dengan cara yang aneh dan tetap menjaga keberadaan media dari luar negeri di Indonesia, Sukarno justru membuat mereka manjadi korban dari media resmi luar negeri tersebut karena hampir satu-satunya informasi penyadapan dan mata-mata yang bisa didapatkan adalah dari Duta Besar Inggris di Jakarta. “

    Kesempatan untuk mengisolasi Sukarno dan PKI datang pada bulan Oktober 1965 ketika dugaan percobaan kudeta oleh PKI adalah “dalih dari tentara” untuk menggulingkan Sukarno dan membasmi PKI.

    Siapa sebenarnya yang menghasut kudeta, dan untuk tujuan apa, tetap menjadi spekulasi. Namun, dalam beberapa hari kudeta itu telah dilakukan lalu terjadi kehancuran, dan pihak tentara dengan tegas telah mengendalikan situasi.

    Kemudian Suharto menuduh Partai Komunis Indonesia atau PKI berada di balik kudeta, dan mulai menekan mereka.

    Setelah kudeta yang dirancang oleh Inggris dengan memanfaatkan situasi telah berhasil, pada tanggal 5 Oktober 1966, Alec Adams, penasihat politik untuk Commander-in-Chief, Wilayah Timur Jauh, menyarankan Departemen Luar Negeri:

    “Kita harus tak ragu-ragu untuk melakukan apa yang kami bisa lakukan secara diam-diam untuk menghitamkan PKI di mata tentara dan orang-orang Indonesia.”

    Kementerian Luar Negeri Inggris setuju dan menyarankan “tema propaganda yang cocok” seperti kekejaman PKI dan intervensi Cina.

    Salah satu tujuan utama yang dikejar oleh IRD adalah membuat opini tentang ancaman yang ditimbulkan oleh PKI dan “komunis Cina”. Laporan surat kabar Inggris terus menekankan bahaya yang akan dilakukan PKI.


    Youth armed to the teeth ready to kill communists at Mount Merapi area, November 1965.

    Merujuk pada pengalaman mereka di Malaya di tahun 50-an, Inggris menekankan sifat Cina dari ancaman komunis. Roland Challis mengatakan:

    “Salah satu hal yang lebih sukses yang ingin dilakukan Barat ke para politisi non-komunis di Indonesia adalah untuk mentransfer seluruh ide komunisme ke minoritas Tionghoa di Indonesia. Ternyata hal itu malah menguntungkan Inggris karena menjadi sebuah “rasis etnis”. Ini adalah masalah mengerikan yang telah dilakukan Inggris untuk menghasut orang Indonesia agar bangkit dan membantai orang Cina. “


    Propaganda kontemporer anti-PKI melalui literatur buku-buku agar menyalahkan partai itu untuk upaya kudeta Suharto (wikipedia).

    Tapi keterlibatan Sukarno dengan PKI pada bulan-bulan setelah kudeta berdarah justru yang akhirnya menjadi kartu truf untuk Inggris. Menurut Reddaway:

    “Pemimpin komunis, Aidit, melarikan diri alias buron dan Sukarno menjadi politikus, pergi ke depan istana dan mengatakan bahwa pemimpin komunis Aidit harus diburu dan diadili. Dari pintu samping istana, Sukarno selalu berurusan dengan Aidit setiap hari oleh seorang kurir. “

    Informasi ini diungkapkan oleh intelijen sinyal GCHQ Inggris (the signal intelligence of Britain’s, GCHO).

    Orang-orang Indonesia tidak memiliki teknologi tentang “rahasia mata-mata stasiun radio” dengan bermuka dua dipantau dan didengar oleh GCHQ, Inggris memiliki basis “penyadapan utama” di Hong Kong untuk menyiarkan peristiwa di Indonesia.

    Mendiskreditkan Sukarno adalah penting bagi Inggris. Sukarno tetap menjadi pemimpin yang dihormati dan populer terhadap siapa Suharto yang tidak bisa bergerak secara terbuka, sampai kondisi benar-bener memungkinkan untuk melakukan kudeta.

    Rentetan konstan dengan cakupan internasional yang buruk dan posisi politik jungkir balik Sukarno, secara fatal telah merusak dirinya.


 Soeharto dilantik menjadi pengendali negara setelah Sukarno mengeluarkan Supersemar.

    Pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno dipaksa untuk menandatangani surat atas pengambil-alih kekuasaan kepada Jenderal Suharto yang dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) tahun 1966.

    Sekarang, hal ini dianggap terkait erat dengan usaha kudeta dan masalah PKI, Sukarno telah didiskreditkan ke titik dimana tentara merasa mampu bertindak. PKI telah dieliminasi sebagai kekuatan yang signifikan dan kediktatoran militer pro-Barat yang mapan.

    Hal itu dilakukan tidak lama sebelum Suharto dengan diam-diam mengakhiri kebijakan yang akhirnya tidak aktif dalam Konfrontasi Indonesia dengan Malon yang mengakibatkan peningkatan sangat cepat dalam hubungan Anglo-Indonesia yang terus menghangat hingga hari ini.